Rupiah menguat seiring turunnya indeks PMI manufaktur AS
4 April 2023 09:47 WIB
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa, menguat seiring menurunnya Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) Manufaktur Amerika Serikat (AS).
Rupiah pada Selasa pagi naik 38 poin atau 0,25 persen ke posisi Rp14.933 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.971 per dolar AS.
"Data PMI ini berpotensi berimbas pada pertumbuhan ekonomi AS secara umum, apalagi di tengah kondisi suku bunga tinggi yang diterapkan The Fed dan inflasi AS yang masih di level yang tinggi," kata analis ICDX Revandra Aritama saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
PMI Manufaktur AS dilaporkan berada di level 46,3, turun dari laporan bulan sebelumnya di level 47,7. PMI Manufaktur adalah indeks yang mengukur aktivitas ekonomi dari sektor manufaktur. Nilai di bawah 50 menunjukkan terjadi kontraksi di sektor manufaktur AS.
Menurut Revandra, hal tersebut memunculkan kewaspadaan yang berpotensi menimbulkan keyakinan bank sentral AS atau The Fed untuk menahan atau menurunkan suku bunga demi menjaga pertumbuhan ekonomi AS.
"Jika hal ini benar, maka dolar AS berpeluang untuk lanjut melemah dan rupiah berpeluang untuk menguat," ujarnya.
Ia menuturkan pasar terlihat masih menunggu dan mencermati kebijakan suku bunga The Fed yang baru akan diumumkan bulan depan.
Namun, beberapa forecast terhadap kondisi ekonomi AS terlihat pesimis sehingga jika suku bunga lanjut dinaikkan, beban terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi semakin berat.
Revandra memperkirakan kurs rupiah berpeluang bergerak di kisaran Rp14.900 per dolar AS hingga Rp15.100 per dolar AS.
Pada Senin (3/1) rupiah ditutup naik 25 poin atau 0,16 persen ke posisi Rp14.971 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.996 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Selasa naik jadi Rp14.933 per dolar AS
Baca juga: Rupiah melemah di tengah "rebound" dolar AS
Baca juga: Rupiah Senin turun menjadi Rp15.010 per dolar AS
Rupiah pada Selasa pagi naik 38 poin atau 0,25 persen ke posisi Rp14.933 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.971 per dolar AS.
"Data PMI ini berpotensi berimbas pada pertumbuhan ekonomi AS secara umum, apalagi di tengah kondisi suku bunga tinggi yang diterapkan The Fed dan inflasi AS yang masih di level yang tinggi," kata analis ICDX Revandra Aritama saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
PMI Manufaktur AS dilaporkan berada di level 46,3, turun dari laporan bulan sebelumnya di level 47,7. PMI Manufaktur adalah indeks yang mengukur aktivitas ekonomi dari sektor manufaktur. Nilai di bawah 50 menunjukkan terjadi kontraksi di sektor manufaktur AS.
Menurut Revandra, hal tersebut memunculkan kewaspadaan yang berpotensi menimbulkan keyakinan bank sentral AS atau The Fed untuk menahan atau menurunkan suku bunga demi menjaga pertumbuhan ekonomi AS.
"Jika hal ini benar, maka dolar AS berpeluang untuk lanjut melemah dan rupiah berpeluang untuk menguat," ujarnya.
Ia menuturkan pasar terlihat masih menunggu dan mencermati kebijakan suku bunga The Fed yang baru akan diumumkan bulan depan.
Namun, beberapa forecast terhadap kondisi ekonomi AS terlihat pesimis sehingga jika suku bunga lanjut dinaikkan, beban terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi semakin berat.
Revandra memperkirakan kurs rupiah berpeluang bergerak di kisaran Rp14.900 per dolar AS hingga Rp15.100 per dolar AS.
Pada Senin (3/1) rupiah ditutup naik 25 poin atau 0,16 persen ke posisi Rp14.971 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.996 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Selasa naik jadi Rp14.933 per dolar AS
Baca juga: Rupiah melemah di tengah "rebound" dolar AS
Baca juga: Rupiah Senin turun menjadi Rp15.010 per dolar AS
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: