Jakarta (ANTARA News) - Pertumbuhan industri nasional pada 2013 diperkirakan masih seperti tahun ini sebesar 6,7 persen akibat belum pulihnya kondisi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa serta meningkatnya upah minimum provinsi (UMP).
"Krisis global yang melanda Amerika Serikat dan Eropa akan berlanjut pada 2013. Hal tersebut membuat kinerja ekspor industri di tahun depan semakin terpuruk," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi di Jakarta, Rabu.
Dari dalam negeri, menurut dia, kenaikan UMP serta kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) masih menjadi hambatan industri nasional.
"Kenaikan TTL dan besarnya UMP merupakan faktor penghambat pertumbuhan industri. Bisa menyamai pencapaian tahun ini sebesar 6,7 persen sudah sangat bagus bagi pertumbuhan industri," katanya.
Besarnya biaya energi, lanjutnya, membuat alokasi untuk ekspansi pabrik dialihkan bagi biaya produksi.
"Pelaku usaha akan mengalihkan dana yang bisa dipakai untuk ekspansi usaha ke biaya produksi yang semakin tinggi. Imbasnya, harga jual produk akan naik dan daya beli masyarakat akan menurun," ujarnya.
Sofjan menyebutkan biaya logistik di Indonesia juga yang tertinggi di Asia atau 17 persen dari total omzet industri.
"Di Malaysia, biaya logistik hanya 8 persen dan Jepang bisa menekan biaya logistik hingga 5 persen dari total omzet industri. Ini yang harus diupayakan pemerintah dengan membangun sarana infrastruktur," tegasnya.
(KR-SSB/S025)
Apindo: pertumbuhan industri nasional 2013 stagnan
5 Desember 2012 22:38 WIB
Ketua Umum Apindo Sofyan Wanandi. (ANTARA/Andika Wahyu)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012
Tags: