Dolar menguat dipicu kekhawatiran inflasi karena OPEC+ pangkas pasokan
3 April 2023 09:25 WIB
Ilustrasi - Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww/pri.
Singapura (ANTARA) - Dolar AS menguat di awal sesi Asia pada Senin pagi, karena kekhawatiran inflasi muncul kembali setelah pengumuman mengejutkan oleh produsen minyak utama untuk memangkas produksi lebih lanjut, dengan para pedagang bertaruh Federal Reserve mungkin perlu menaikkan suku bunga pada pertemuan berikutnya.
Pengumuman dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, muncul setelah data pada Jumat (31/3/2023) menunjukkan belanja konsumen AS naik moderat pada Februari setelah melonjak pada bulan sebelumnya, dengan inflasi menunjukkan beberapa tanda pendinginan meskipun masih tinggi.
"Sementara meredanya risiko penularan yang lebih luas, perkembangan positif di China dan ekspektasi bahwa Fed mendekati akhir siklus pengetatan akan menjaga sentimen didukung secara luas, kenaikan harga minyak baru-baru ini karena pemotongan produksi yang mengejutkan merupakan risiko baru terhadap inflasi," kata Christopher Wong, ahli strategi mata uang OCBC di Singapura.
"Risiko inflasi baru menyiratkan pertarungan inflasi belum berakhir."
Euro turun 0,25 persen menjadi 1,0812 dolar, melayang di dekat level terendah satu minggu, sementara yen Jepang melemah 0,04 persen menjadi 132,86 per dolar. Sterling berada di 1,2305 dolar, turun 0,22 persen pagi ini, setelah menyentuh level terendah satu minggu di 1,22825 dolar di awal sesi.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, terakhir di 102,77, di jalur untuk menembus 103 untuk pertama kalinya dalam seminggu.
Pemotongan produksi OPEC+ menyebabkan kenaikan harga minyak langsung lebih dari 6,0 persen pada Senin.
Pemotongan diumumkan bahkan sebelum pertemuan virtual panel para menteri OPEC+, yang mencakup perwakilan dari Arab Saudi dan Rusia, yang diperkirakan akan mempertahankan pemotongan 2 juta barel per hari (bph) yang sudah ada hingga akhir 2023.
Sebaliknya, produsen minyak pada Minggu (2/4/2023) mengumumkan pengurangan produksi lebih lanjut sekitar 1,16 juta barel per hari.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, naik 2,7 basis poin menjadi 4,089 persen. Imbal hasil pada catatan obligasi pemerintah 10-tahun naik 2,1 basis poin menjadi 3,511 persen.
Pasar sekarang memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga Fed sebesar seperempat poin pada Mei menjadi 61 persen, dari 48 persen pada Jumat (31/3/2023). Namun, pada akhir tahun, ekspektasi ditetapkan untuk pemotongan sebesar 40 basis poin.
Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko turun 0,21 persen menjadi 0,667 dolar AS. Kiwi turun 0,54 persen menjadi 0,622 dolar AS.
Di pasar uang kripto, bitcoin terakhir turun 1,04 persen menjadi 28.097,00 dolar AS dan ethereum terakhir jatuh 1,55 persen menjadi 1.789,48 dolar AS.
Baca juga: Sektor perbankan China raih aset eksternal bersih 166,5 miliar dolar
Baca juga: Pertamina Geothermal raih pendapatan kredit karbon 747.000 dolar AS
Baca juga: Dolar naik di tengah data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan
Pengumuman dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, muncul setelah data pada Jumat (31/3/2023) menunjukkan belanja konsumen AS naik moderat pada Februari setelah melonjak pada bulan sebelumnya, dengan inflasi menunjukkan beberapa tanda pendinginan meskipun masih tinggi.
"Sementara meredanya risiko penularan yang lebih luas, perkembangan positif di China dan ekspektasi bahwa Fed mendekati akhir siklus pengetatan akan menjaga sentimen didukung secara luas, kenaikan harga minyak baru-baru ini karena pemotongan produksi yang mengejutkan merupakan risiko baru terhadap inflasi," kata Christopher Wong, ahli strategi mata uang OCBC di Singapura.
"Risiko inflasi baru menyiratkan pertarungan inflasi belum berakhir."
Euro turun 0,25 persen menjadi 1,0812 dolar, melayang di dekat level terendah satu minggu, sementara yen Jepang melemah 0,04 persen menjadi 132,86 per dolar. Sterling berada di 1,2305 dolar, turun 0,22 persen pagi ini, setelah menyentuh level terendah satu minggu di 1,22825 dolar di awal sesi.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, terakhir di 102,77, di jalur untuk menembus 103 untuk pertama kalinya dalam seminggu.
Pemotongan produksi OPEC+ menyebabkan kenaikan harga minyak langsung lebih dari 6,0 persen pada Senin.
Pemotongan diumumkan bahkan sebelum pertemuan virtual panel para menteri OPEC+, yang mencakup perwakilan dari Arab Saudi dan Rusia, yang diperkirakan akan mempertahankan pemotongan 2 juta barel per hari (bph) yang sudah ada hingga akhir 2023.
Sebaliknya, produsen minyak pada Minggu (2/4/2023) mengumumkan pengurangan produksi lebih lanjut sekitar 1,16 juta barel per hari.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, naik 2,7 basis poin menjadi 4,089 persen. Imbal hasil pada catatan obligasi pemerintah 10-tahun naik 2,1 basis poin menjadi 3,511 persen.
Pasar sekarang memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga Fed sebesar seperempat poin pada Mei menjadi 61 persen, dari 48 persen pada Jumat (31/3/2023). Namun, pada akhir tahun, ekspektasi ditetapkan untuk pemotongan sebesar 40 basis poin.
Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko turun 0,21 persen menjadi 0,667 dolar AS. Kiwi turun 0,54 persen menjadi 0,622 dolar AS.
Di pasar uang kripto, bitcoin terakhir turun 1,04 persen menjadi 28.097,00 dolar AS dan ethereum terakhir jatuh 1,55 persen menjadi 1.789,48 dolar AS.
Baca juga: Sektor perbankan China raih aset eksternal bersih 166,5 miliar dolar
Baca juga: Pertamina Geothermal raih pendapatan kredit karbon 747.000 dolar AS
Baca juga: Dolar naik di tengah data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: