"Kalau saya membaca dalam arti luas, bisa membaca teks, alam, fenomena, data, peristiwa. Harus ada literasi data, teknologi, persoalannya selama ini saya lihat teknologi informasi banyak pilihan yang harus dibaca anak-anak," katanya di Solo, Jawa Tengah, Minggu.
Ia mengatakan dengan makin banyaknya pilihan tersebut sulit mengontrol apa saja yang harus dibaca anak-anak dan apa yang tidak boleh diakses oleh mereka.
Dalam hal ini, kata dia, peran orang tua dan sekolah menjadi penting agar mengarahkan anak untuk membaca yang benar dan memaknai secara tepat, termasuk tidak bisa hanya memaksa anak untuk membaca buku, tetapi juga membaca peristiwa alam.
Baca juga: Nadiem: Buku bacaan bermutu akan tingkatkan minat baca anak sejak dini
"Sediakan tempat yang terbuka, di halaman, di sudut-sudut ruangan, tempat yang layak digunakan untuk membaca. Petugas perpustakaan bisa menyediakan tema setiap harinya biar anak pilih sendiri. Jadi by desain, bukan tergantung mata pelajaran," katanya.
Ia juga berpendapat harus ada komunikasi antara sekolah dengan orang tua. "Itu perlu diciptakan, apakah memungkinkan sekolah bikin buku untuk komunikasi dengan orang tua. Nanti guru memberikan pesan di buku, anak baca ini, sumbernya ini, agar orang tua tahu juga," ujar Munawir.
Baca juga: Akademisi optimis Merdeka Belajar Episode 23 dongkrak literasi anak