Jakarta (ANTARA News) - PT PLN (Persero) memperkirakan, pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) bertambah sekitar 52 ribu kiloliter atau Rp265 miliar menyusul kerusakan instalasi kelistrikan di jalur selatan Jawa akibat gempa yang melanda Yogyakarta dan sebagian Jateng, Sabtu (27/5) lalu. Juru Bicara PLN, Muljo Adji, usai mengikuti raker Rancangan Undang-Undang (RUU) Ketenagalistrikan di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa tambahan BBM diperuntukkan bagi kebutuhan Pusat Listrik Tenaga Gas-Uap (PLTGU) Tambak Lorok dan PLTGU Muara Tawar yang difungsikan sementara memasok daya ke wilayah gempa dan sistem Jawa-Bali. Menurut dia, tambahan BBM yang diperlukan adalah PLTGU Tambak Lorok 4.000 kiloliter per hari periode 28 Mei-6 Juni dan PLTGU Muara Tawar 3.000 kiloliter per hari selama 28 Mei-31 Mei 2006. "Gempa telah memutuskan pasokan daya dari Jawa bagian timur ke barat yang melewati jalur selatan, sehingga pasokan daya yang melewati jalur tersebut seperti PLTU Paiton tidak bisa maksimal mendukung sistem Jawa-Bali, karenanya PLN terpaksa mengalihkan pasokan daya ke PLTGU Tambak Lorok dan PLTGU Muara Tawar," katanya. Menurut dia, sejumlah instalasi listrik di jalur selatan Jawa, yakni Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) antara Kediri-Pedan-Ungaran dan Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) di Pedan, Klaten (Jawa Tengah), yang rusak akibat gempa. Perkiraan tambahan BBM itu dengan perhitungan perbaikan SUTET Kediri-Pedan-Ungaran selesai 31 Mei 2006 dan GITET Pedan rampung 6 Juni 2006, katanya. Sesuai jadwal, menurut dia, trafo nomor 1 GITET Pedan sudah beroperasi 6 Juni 2006 dan terakhir, trafo nomor 2 pada 30 Juni 2006. Saat ini, ia mengemukakan, kondisi kelistrikan pasca-gempa di wilayah Yogyakarta dan sebagian Jateng sudah 95 persen normal kembali. "Hanya sebagian kecil saja listrik di wilayah Kabupaten Bantul yang belum menyala," ujarnya. Total pelanggan yang terkena pemadaman listrik akibat gempa pada Sabtu (27/5) itu, ujarnya, di sejumlah instalasi umum dan rumah penduduk mencapai 135 MW atau sekira 150.000 pelanggan. PLN memperkirakan, kerugian awal akibat kerusakan mencapai Rp160 miliar. (*)