Laporan dari Jepang
Chef Jepang ungkap tantangan memasak menu Indonesia
1 April 2023 17:40 WIB
Executive Chef Hotel Imperial Tokyo Yu Sugimoto berbincang-bincang dengan para tamu yang menikmati menu Indonesia dalam Indonesia Fair 2023 di Tokyo, Sabtu (1/4/2023). (ANTARA/ Juwita Trisna Rahayu)
Tokyo (ANTARA) - Executive Chef Hotel Imperial Tokyo Yu Sugimoto mengungkapkan tantangan memasak menu Indonesia yang dihadirkan dalam Indonesia Fair 2023 pada 1-30 April 2023.
Sugimoto saat ditemui di ajang Indonesia Fair 2023 di Tokyo, Sabtu, mengatakan salah satu menu yang cukup sulit untuk dibuat dan disesuaikan cita rasanya dengan selera masyarakat Jepang adalah ikan kuah khas asal Papua.
“Kami mencoba untuk membuatnya berdasarkan resep yang dikirimkan dari chef di Indonesia, tetapi setelah dia datang dan bergabung di dapur kemarin, rasanya sangat jauh berbeda,” katanya.
Dia menambahkan salah satu kesulitannya adalah menyesuaikan keseimbangan antara bumbu dan rempah Indonesia yang cenderung pedas dengan selera masyarakat Jepang pada umumnya, tetapi tidak mengurangi keaslian resep itu sendiri.
“Lidah orang Jepang itu berbeda. Jadi, untuk membuat seperti layaknya kuah ala Indonesia itu sangat menantang. Jadi kami mengoreksi bumbunya sedikit,” katanya.
Sugimoto menuturkan misalnya saja untuk membuat nasi goreng diperlukan berbagai macam bumbu dan rempah, sementara untuk membuat menu yang mirip yang sudah populer di Jepang, yakni nasi goreng oriental chahan, menggunakan bumbu jadi.
“Untuk membuat masakan Indonesia, kita harus gunakan banyak rempah dihaluskan jadi satu untuk membuat bumbu dasar. Membuatnya benar-benar dari nol, cara yang otentik,” katanya.
Baca juga: Empat menu khas nusantara hadir di hotel bintang lima Jepang
Sementara itu, chef dari Indonesia Chef Aziz Amri mengungkapkan sempat ada perdebatan terkait teknik memasak, tetapi semua itu bisa diatasi dengan saling percaya akan kapabilitas masing-masing.
“Ada beberapa juga teknik orang Jepang dalam memasak itu sangat simpel, tapi dengan kualitas yang bagus. Sementara, Indonesia itu kebanyakan masaknya yang lama. Jadi, ada bagian clash ‘jangan terlalu lama nanti rasanya jadi rusak’ sedangkan kalau makanan kita harusnya lama jadi bumbunya meresap,” katanya.
Dia menambahkan pihaknya juga harus menurunkan tingkat kepedasan yang aslinya membutuhkan 15 butir cabai, diturunkan menjadi dua butir saja.
“Kepedasan bagi orang Indonesia itu bukan salah satu flavour (rasa) melainkan sensasi. Jadi, tingkat kepedasannya harus diturunkan,” katanya.
Aziz mengaku sempat kesulitan untuk menemukan kemiri di Tokyo sebagai bahan dasar dari menu-menu tersebut tetapi dapat diganti dengan kacang mete.
Menu-menu yang ditampilkan dalam Indonesia Fair 2023, yakni nasi goreng, ikan kuah kuning, tongseng ayam dan wingko babat.
Dia berharap dengan adanya ajang tersebut, bukan hanya menu tetapi juga rempah asli Indonesia bisa tersebar ke seluruh belahan dunia.
“Contohnya, andaliman itu ‘kan sama seperti sichuan pepper. Itu bisa sampai ke seluruh dunia, cuma andaliman tetap di Sumatra. Kenapa begitu? karena memang edukasi. Dengan adanya acara ini kita lebih mengedukasi lagi bumbu-bumbu Indonesia yang sangat bisa digunakan makanan lokal dan makanan internasional. Juga, teknik masakan Indonesia enggak kalah susahnya dengan teknik lainnya dan itu bisa jadi keunggulan Indonesia yang harus diketahui,” kata Aziz.
Baca juga: Kemenparekraf dukung ekspansi usaha restoran Indonesia ke luar negeri
Sugimoto saat ditemui di ajang Indonesia Fair 2023 di Tokyo, Sabtu, mengatakan salah satu menu yang cukup sulit untuk dibuat dan disesuaikan cita rasanya dengan selera masyarakat Jepang adalah ikan kuah khas asal Papua.
“Kami mencoba untuk membuatnya berdasarkan resep yang dikirimkan dari chef di Indonesia, tetapi setelah dia datang dan bergabung di dapur kemarin, rasanya sangat jauh berbeda,” katanya.
Dia menambahkan salah satu kesulitannya adalah menyesuaikan keseimbangan antara bumbu dan rempah Indonesia yang cenderung pedas dengan selera masyarakat Jepang pada umumnya, tetapi tidak mengurangi keaslian resep itu sendiri.
“Lidah orang Jepang itu berbeda. Jadi, untuk membuat seperti layaknya kuah ala Indonesia itu sangat menantang. Jadi kami mengoreksi bumbunya sedikit,” katanya.
Sugimoto menuturkan misalnya saja untuk membuat nasi goreng diperlukan berbagai macam bumbu dan rempah, sementara untuk membuat menu yang mirip yang sudah populer di Jepang, yakni nasi goreng oriental chahan, menggunakan bumbu jadi.
“Untuk membuat masakan Indonesia, kita harus gunakan banyak rempah dihaluskan jadi satu untuk membuat bumbu dasar. Membuatnya benar-benar dari nol, cara yang otentik,” katanya.
Baca juga: Empat menu khas nusantara hadir di hotel bintang lima Jepang
Sementara itu, chef dari Indonesia Chef Aziz Amri mengungkapkan sempat ada perdebatan terkait teknik memasak, tetapi semua itu bisa diatasi dengan saling percaya akan kapabilitas masing-masing.
“Ada beberapa juga teknik orang Jepang dalam memasak itu sangat simpel, tapi dengan kualitas yang bagus. Sementara, Indonesia itu kebanyakan masaknya yang lama. Jadi, ada bagian clash ‘jangan terlalu lama nanti rasanya jadi rusak’ sedangkan kalau makanan kita harusnya lama jadi bumbunya meresap,” katanya.
Dia menambahkan pihaknya juga harus menurunkan tingkat kepedasan yang aslinya membutuhkan 15 butir cabai, diturunkan menjadi dua butir saja.
“Kepedasan bagi orang Indonesia itu bukan salah satu flavour (rasa) melainkan sensasi. Jadi, tingkat kepedasannya harus diturunkan,” katanya.
Aziz mengaku sempat kesulitan untuk menemukan kemiri di Tokyo sebagai bahan dasar dari menu-menu tersebut tetapi dapat diganti dengan kacang mete.
Menu-menu yang ditampilkan dalam Indonesia Fair 2023, yakni nasi goreng, ikan kuah kuning, tongseng ayam dan wingko babat.
Dia berharap dengan adanya ajang tersebut, bukan hanya menu tetapi juga rempah asli Indonesia bisa tersebar ke seluruh belahan dunia.
“Contohnya, andaliman itu ‘kan sama seperti sichuan pepper. Itu bisa sampai ke seluruh dunia, cuma andaliman tetap di Sumatra. Kenapa begitu? karena memang edukasi. Dengan adanya acara ini kita lebih mengedukasi lagi bumbu-bumbu Indonesia yang sangat bisa digunakan makanan lokal dan makanan internasional. Juga, teknik masakan Indonesia enggak kalah susahnya dengan teknik lainnya dan itu bisa jadi keunggulan Indonesia yang harus diketahui,” kata Aziz.
Baca juga: Kemenparekraf dukung ekspansi usaha restoran Indonesia ke luar negeri
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023
Tags: