Ramallah, Palestina (ANTARA News) - Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, Minggu kemarin, memperoleh penyambutan luar biasa sebagai pahlawan setelah berhasil meningkatkan status Palestina di PBB, sekalipun Israel memberikan reaksi yang disebut Sekjen PBB "hampir memberikan pukulan fatal" bagi setiap prospek perdamaian.

"Sekarang kita memiliki negara," kata Abbas, di hadapan para pendukungnya yang bersuka ria di markasnya di kawasan yang dijajah Israel, Tepi Barat.

"Rakyat Palestina telah mencapai pencapaian bersejarah di PBB," tambah dia, tiga hari setelah Sidang Majelis Umum PBB menghadiahkan rakyat Palestina status negara peninjau non anggota melalui pemungutan suara 138-9 dan 42 abstain.

"Dunia mengatakan dengan suara keras...ya untuk negara Palestina, ya untuk kemerdekaan Palestina, ya untuk kebebasan Palestina, tidak untuk agresi, tidak untuk pemukiman dan tidak untuk okupasi," kata Abbas pada pendukungnya yang bergembira.

Namun keberhasilan rakyat Palestina di PBB tidak tanpa dampak.

Washington telah memperingatkan bahwa pihaknya dapat menahan dana bantuan bagi pemerintah Palestina yang kekurangan uang dan Israel, Minggu, mengatakan tidak akan mengirimkan uang jutaan dolar yang berasal dari kewajiban pajak pada rakyat Palestina.

Pada Jumat, Israel mengungkapkan rencana untuk membangun tiga ribu rumah di Tepi Barat termasuk di kawasan yang dijajahnya, Yerusalem timur, dan menghidupkan kembali proyek yang dihentikan sementara di kawasan yang dikenal sebagai E-1, sebuah koridor yang menghubungkan Kota Suci dan jantung dari Tepi Barat.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Minggu, memperingatkan bahwa setiap rakyat Israel yang memilih untuk menghidupkan kembali proyek itu akan menyebabkan "kehancuran fatal" bagi setiap prospek perdamaian.

"Pemukiman-pemukiman itu ilegal berdasarkan hukum internasional dan, jika pemukiman E-1 dibangun, itu akan mewakili hancurnya peluang yang tersisa untuk mewujudkan solusi dua negara," kata Kantor Ban dalam sebuah pernyataan.

Di Ramallah, Abbas berjanji bahwa setelah kemenangan di PBB, tugasnya "yang pertama dan paling penting" adalah bekerja keras mencapai persatuan Palestina dan rekonsiliasi antara faksinya, Fatah, dan penguasa Gaza, Hamas.

"Kami akan mempelajari selama beberapa hari mendatang langkah-langkah penting untuk mencapai rekonsiliasi," kata dia, di tengah-tengah teriakan massa yang menyanyikan, "Rakyat menginginkan berakhirnya perpecahan".

Di Gaza, pejabat Hamas, Salah Bardawill, mengatakan, kelompok Islam itu menyeru "pertemuan mendesak untuk mencapai rekonsiliasi".

Kepulangan itu adalah saat-saat kemenangan bagi Abbas, yang tahun lalu mencoba dan gagal untuk memenangkan keanggotaan penuh bagi Palestina di PBB.

Langkah itu memberi rakyat Palestina akses terhadap berbagai macam institusi internasional, termasuk Pengadilan Kriminal Internasional dan meningkatkan profil internasional mereka bertahun-tahun setelah perundingan perdamaian yang buntu dengan Israel.

Abbas setelah menerima penghormatan kenegaraan, menuruni mobilnya dan berjalan di sepanjang karpet merah di kompleks kepresidenan Ramallah yang dikenal sebagai Muqataa. Dia berjabat tangan dengan orang-orang yang menantinya.

Dia meletakkan rangkaian bunga dan menyampaikan doa singkat di makam tokoh ikonik Palestina Yasser Arafat, yang dimakamkan di dalam kompleks presiden. Ia kemudian menyampaikan kemenangan bersejarah di PBB atas kenangan Presiden itu.

"Rakyat kami di mana saja, angkat kepalamu tinggi-tinggi karena kamu adalah rakyat Palestina," katanya. "Kamu lebih kuat dari penjajah...karena kamu rakyat Palestina."

Kepulangan Abbas menarik para pendukungnya dari seluruh penjuru Tepi Barat, termasuk Bajis Bani Fadl dari kota bagian utara, Nablus.

"Saya datang untuk memperingati hari ini karena kepemimpinan Palestina mampu memperoleh pencapaian besar dan ini adalah kebahagian yang kami belum pernah alami sepanjang hidup kami," katanya.

(G003/H-AK)