Pemanasan global makin sulit ditekan
3 Desember 2012 12:17 WIB
Organisasi kampanye lingkungan global, Greenpeace, termasuk salah satu organisasi yang giat mengampanyekan penggunaan energi ebrsih untuk meredam pemanasan global. (Istimewa/Greenpeace)
Jakarta (ANTARA News) - Hasil studi terkini menunjukkan bahwa emisi karbon sudah terlalu tinggi sehingga tingkat pemanasan global semakin sulit ditekan menjadi lebih rendah dari dua derajat di atas tingkat pra-industri.
Menurut data hasil studi yang dimuat jurnal Nature Climate Change, emisi gas CO2 global selama tahun 2012 mencapai 35,6 milyar ton atau naik 2,6 persen dari tahun 2011 dan 58 persen di atas level emisi tahun 1990.
Para peneliti menyatakan bahwa emisi merupakan penyumbang perubahan iklim terbesar pada mada depan dan merupakan indikator pemanasan masa depan.
Beberapa negara menggunakan Konferensi PBB, yang sekarang dilakukan di Doha, untuk menyeru upaya menekan peningkatan suhu pada batas kurang dari dua derajat Celcius karena peningkatan suhu melebihi nilai itu akan membahayakan masa depan kehidupan manusia.
"Angka-angka terbaru ini keluar bersamaan dengan pembicaraan iklim Doha, namun dengan emisi yang terus tumbuh, jadi kelihatan bahwa sepertinya tidak ada yang mendengarkan komunitas ilmiah," kata Corinne Le Quere, Direktur The Tyndall Centre for Climate Change Research di the University of East Anglia.
"Saya khawatir risiko bahaya perubahan iklim berdampak terlalu tinggi dengan jalur emisi yang seperti sekarang. Kita butuh rencana radikal," kata Prof Le Quere seperti dikutip BBC.
Makalah para peneliti itu menyebutkan bahwa rata-rata kenaikan tingkat CO2 global 1,9 persen tahun 1980-an dan 1,0 persen dalam tahun 1990, namun kemudian naik menjadi 3,1 persen sejak tahun 2000.
Belum lama ini, Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) melaporkan bahwa emisi gas rumah kaca di atmosfer mencapai rekor tertinggi baru selama tahun 2011.
Dalam buletin tahunannya yang bernama Greenhouse Gas Bulletin, organisasi itu menyebutkan bahwa tingkat karbon dioksida telah mencapa angka 391 bagian per juta pada 2011.
Laporan itu juga memperkirakan bahwa CO2 telah mencapai 85 persen dari "radiasi yang memaksa" peningkatan suhu global.
(tri)
Menurut data hasil studi yang dimuat jurnal Nature Climate Change, emisi gas CO2 global selama tahun 2012 mencapai 35,6 milyar ton atau naik 2,6 persen dari tahun 2011 dan 58 persen di atas level emisi tahun 1990.
Para peneliti menyatakan bahwa emisi merupakan penyumbang perubahan iklim terbesar pada mada depan dan merupakan indikator pemanasan masa depan.
Beberapa negara menggunakan Konferensi PBB, yang sekarang dilakukan di Doha, untuk menyeru upaya menekan peningkatan suhu pada batas kurang dari dua derajat Celcius karena peningkatan suhu melebihi nilai itu akan membahayakan masa depan kehidupan manusia.
"Angka-angka terbaru ini keluar bersamaan dengan pembicaraan iklim Doha, namun dengan emisi yang terus tumbuh, jadi kelihatan bahwa sepertinya tidak ada yang mendengarkan komunitas ilmiah," kata Corinne Le Quere, Direktur The Tyndall Centre for Climate Change Research di the University of East Anglia.
"Saya khawatir risiko bahaya perubahan iklim berdampak terlalu tinggi dengan jalur emisi yang seperti sekarang. Kita butuh rencana radikal," kata Prof Le Quere seperti dikutip BBC.
Makalah para peneliti itu menyebutkan bahwa rata-rata kenaikan tingkat CO2 global 1,9 persen tahun 1980-an dan 1,0 persen dalam tahun 1990, namun kemudian naik menjadi 3,1 persen sejak tahun 2000.
Belum lama ini, Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) melaporkan bahwa emisi gas rumah kaca di atmosfer mencapai rekor tertinggi baru selama tahun 2011.
Dalam buletin tahunannya yang bernama Greenhouse Gas Bulletin, organisasi itu menyebutkan bahwa tingkat karbon dioksida telah mencapa angka 391 bagian per juta pada 2011.
Laporan itu juga memperkirakan bahwa CO2 telah mencapai 85 persen dari "radiasi yang memaksa" peningkatan suhu global.
(tri)
Pewarta: Tria Dianti
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2012
Tags: