Lurik bahkan sering dikaitkan dengan berbagai kepercayaan dan ikut mengiringi berbagai ritus religius, upacara daur hidup dan berbagai bentuk upacara permohonan yang lain sejenis.
Berkaitan itu maka lurik akan diangkat kembali melalui "Seminar Nasional Lomba Desain Dan Peragaan Busana Lurik", dengan menampilkan pembicara Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif, Mari Pangestu.
Ia mengatakan, tenun lurik memiliki sejarah panjang di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Data prasasti, karya sastra, arca dan relief candi menyuratkan bahwa tradisi tenun telah ada di Indonesia sejak pertengahan abad IX Masehi.
Dikatakan pada prasasti raja Erlangga (1033 Masehi) menyebutkan kain tenun lurik tuluh watu. Hal ini diperkuat temuan arca terakota pada candi-candi di Trowulan, Jawa Timur yang menggunakan kain tenun lurik.
Bertolak dari beberapa sumber tersebut dapat disimpulkan, tenun lurik telah lama ada di Indonesia dan tersebar ke setiap pulau-pulaunya. Di Pulau Jawa tenun lurik (tenun gedhog atau dikenal juga sebagai tenun gendong) bahkan sangat populer dalam cerita rakyat Jaka Tarub, saat memikat seorang bidadari dengan cara mencuri kain selendang tenun yang dipakainya.
Supono mengatakan untuk mengangkat kembali lurik yang di ambang kematian itu maka Intitut Javanologi Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) mengelar seminar masalah tersebut dan menggelar pelatihan.
Melalui seminar dan pelatihan ini diharapkan lurik bisa menjadi produk unggulan dengan disesuai berbagai macam perkembangan zaman yang ada sekarang ini. (*)