"Hal ini ditandai dengan berkurangnya laju pertumbuhan ekonomi Cina dan konstannya ekonomi Amerika Serikat," katanya, di Pekanbaru, Minggu.
"Pertumbuhan ekonomi sebesar enam persen diyakini akan bisa tercapai jika skim-skim investasi ada dampaknya, kendati sedikit diragukan apakah pertumbuhan konsumsi masyarakat akan sama pada 2012 dengan 2013," kata Elfindri.
Saran target pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen tersebut, menurut dia, wajar saja karena apalagi jika program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) --acuan bagi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai negara besar-- itu bisa terlaksana dengan baik.
Asalkan, katanya, jangan ditargetkan pertumbuhan ekonomi 6,8 persen sebab hal itu sulit tercapai contoh AS justru merevisi pertumbuhan ekonomi dari 2,1 persen menurun menjadi 2,7 persen, terkait Eropa mengalami resesi ekonomi.
"Artinya, karena resesi ekonomi tersebut sejumlah negara-negara yang menargetkan pertumbuhan ekonominya positif, justru kini mematok nol," katanya.
Ia menjelaskan, jika MP3I bisa terlaksana pada kuartal terakhir 2012, paling efek akselarasinya baru terjadi pada 2013, selain itu jika ekspor batubara, karet dan CPO akan mengalami kenaikan.
Bahkan, pertumbuan ekonomi akan bisa melebihi 6,8 persen atau pada kisaran 7 - 8 persen, jika inflasi tahunan mencapai 9-11 persen dan jika MP3EI banyak realisasai investasinya.