Dosen Unesa beberkan tahapan kondisi psikologis pemain Timnas U20
30 Maret 2023 13:15 WIB
Pesepak bola Timnas U-20 Indonesia menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum bertanding dalam laga terakhir Grup A Piala Asia U-20 menghadapi Timnas U-20 Uzbekistan di Stadion Istiqlol, Fergana, Uzbekistan, Selasa (7/3/2023). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.)
Surabaya (ANTARA) - Dosen Psikologi Olahraga Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Dr Anung Priambodo S.Pd M.Psi.T memaparkan tahapan kondisi psikologis yang bakal menimpa pemain Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang batal mengikuti Piala Dunia U20.
"Menurut teori psikologi Kubler Ross, ini bisa diartikan juga sebagai kehilangan, karena kehilangan itu tidak hanya ditinggal oleh orang terkasih, tetapi saat seseorang gagal mendapat sesuatu yang sudah diharapkan, itu juga termasuk kehilangan. Termasuk para pemain Timnas yang saat ini kehilangan momen Piala Dunia," kata Anung saat dikonfirmasi di Surabaya, Kamis.
Jika menurut teori Kubler Ross, lanjutnya, para pemain akan mengalami lima tahapan kedukaan. "Pertama penyangkalan, kedua marah, kemudian menawar, depresi, hingga akhirnya menerima, saat ini mungkin di tahap marah," kata pria yang akrab disebut Coach Anung itu.
Saat di tahap penyangkalan, lanjutnya, para pemain timnas tersebut akan merasakan seolah-olah hal itu tidak terjadi dan hanya mimpi yang saat bangun akan kembali normal.
Baca juga: FIFA batalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20
"Mereka akan menyangkal semua itu, yang dapat menimbulkan kemarahan, entah bentuknya itu marah ke gubernur yang menolak atau ke pemerintah. Siapapun yang terlibat sebagai bentuk mengekspresikan kemarahan," ujar pria yang pernah menjabat sebagai mental coach kontingen Jawa Timur pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Barat dan Papua.
Pada tahap ke tiga akan melakukan penawaran dengan melakukan pengandaian terkait pelaksanaan dan tempat penyelenggaraan pertandingan.
"Mungkin mereka akan berandai-andai jika seandainya tidak di provinsi Bali sama Jateng, mungkin tidak terjadi seperti ini, intinya berandai-andai dan berharap hal itu tidak terjadi," ujarnya.
Kalau ketiga tahapan itu terjadi, kata Anung, tahap keempatnya mereka akan depresi dan merasa gagal, meskipun persiapan untuk menuju ke Piala Dunia U20 sudah lama.
Baca juga: Erick Thohir: Saya sudah berjuang maksimal
"Setelah depresi, belum tentu mereka akan bisa menerima langsung. Semua itu tergantung bagaimana kejadian ini akan berlanjut. Ada hukuman atau sanksinya berat itu juga dapat mempengaruhi. Jika ada solusi yang menurut mereka oke, itu cukup untuk bisa mengobati atlet Timnas Indonesia U20 agar dapat menerima sesuai dengan tahapan ke lima dan fokus untuk meraih tujuan yang baru," ujarnya.
Tetapi jika hal tersebut gagal diraih dan yang diimpikan itu hilang, lanjut dia, tahapan ke lima dari teori Kubler Ross akan berlangsung lama karena tidak bisa menerima kondisi yang sesuai dengan kehendaknya.
"Semua itu tergantung dari langkah selanjutnya terkait dengan pencoretan atau sanksi apa yang akan diterima Indonesia. Jika ada target baru hal itu bisa menumbuhkan motivasi baru juga," tuturnya.
Penanganannya, kata dia, adalah motivasi dari orang terdekat, mungkin bisa orang tua, keluarga, atau pun pelatih.
"Harus mau memberikan motivasi kepada mereka untuk tetap berfikir positif, bahwa kesempatan ke depan itu selalu tetap ada, walaupun untuk saat ini event dunia ini harus hilang. Akan ada saatnya mereka tetap bisa berprestasi di event lain," ucap Anung.
Baca juga: Timnas Israel, Piala Dunia U20 dan sikap Indonesia
"Menurut teori psikologi Kubler Ross, ini bisa diartikan juga sebagai kehilangan, karena kehilangan itu tidak hanya ditinggal oleh orang terkasih, tetapi saat seseorang gagal mendapat sesuatu yang sudah diharapkan, itu juga termasuk kehilangan. Termasuk para pemain Timnas yang saat ini kehilangan momen Piala Dunia," kata Anung saat dikonfirmasi di Surabaya, Kamis.
Jika menurut teori Kubler Ross, lanjutnya, para pemain akan mengalami lima tahapan kedukaan. "Pertama penyangkalan, kedua marah, kemudian menawar, depresi, hingga akhirnya menerima, saat ini mungkin di tahap marah," kata pria yang akrab disebut Coach Anung itu.
Saat di tahap penyangkalan, lanjutnya, para pemain timnas tersebut akan merasakan seolah-olah hal itu tidak terjadi dan hanya mimpi yang saat bangun akan kembali normal.
Baca juga: FIFA batalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20
"Mereka akan menyangkal semua itu, yang dapat menimbulkan kemarahan, entah bentuknya itu marah ke gubernur yang menolak atau ke pemerintah. Siapapun yang terlibat sebagai bentuk mengekspresikan kemarahan," ujar pria yang pernah menjabat sebagai mental coach kontingen Jawa Timur pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Barat dan Papua.
Pada tahap ke tiga akan melakukan penawaran dengan melakukan pengandaian terkait pelaksanaan dan tempat penyelenggaraan pertandingan.
"Mungkin mereka akan berandai-andai jika seandainya tidak di provinsi Bali sama Jateng, mungkin tidak terjadi seperti ini, intinya berandai-andai dan berharap hal itu tidak terjadi," ujarnya.
Kalau ketiga tahapan itu terjadi, kata Anung, tahap keempatnya mereka akan depresi dan merasa gagal, meskipun persiapan untuk menuju ke Piala Dunia U20 sudah lama.
Baca juga: Erick Thohir: Saya sudah berjuang maksimal
"Setelah depresi, belum tentu mereka akan bisa menerima langsung. Semua itu tergantung bagaimana kejadian ini akan berlanjut. Ada hukuman atau sanksinya berat itu juga dapat mempengaruhi. Jika ada solusi yang menurut mereka oke, itu cukup untuk bisa mengobati atlet Timnas Indonesia U20 agar dapat menerima sesuai dengan tahapan ke lima dan fokus untuk meraih tujuan yang baru," ujarnya.
Tetapi jika hal tersebut gagal diraih dan yang diimpikan itu hilang, lanjut dia, tahapan ke lima dari teori Kubler Ross akan berlangsung lama karena tidak bisa menerima kondisi yang sesuai dengan kehendaknya.
"Semua itu tergantung dari langkah selanjutnya terkait dengan pencoretan atau sanksi apa yang akan diterima Indonesia. Jika ada target baru hal itu bisa menumbuhkan motivasi baru juga," tuturnya.
Penanganannya, kata dia, adalah motivasi dari orang terdekat, mungkin bisa orang tua, keluarga, atau pun pelatih.
"Harus mau memberikan motivasi kepada mereka untuk tetap berfikir positif, bahwa kesempatan ke depan itu selalu tetap ada, walaupun untuk saat ini event dunia ini harus hilang. Akan ada saatnya mereka tetap bisa berprestasi di event lain," ucap Anung.
Baca juga: Timnas Israel, Piala Dunia U20 dan sikap Indonesia
Pewarta: Abdul Hakim/Naufal Ammar Imaduddin
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023
Tags: