Wakil Ketua Lesbumi: Puasa Ramadhan momentum tingkatkan ketakwaan
29 Maret 2023 16:45 WIB
Aktivitas para lansia saat mengikuti Pondok Ramadhan di Masjid Al Mawaddah, Desa Kendalrejo, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. ANTARA/ HO-panitia pondok Ramadhan
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (PP Lesbumi) PBNU Hartawan Candra Malik atau Gus Candra menilai ibadah puasa bulan Ramadhan merupakan momentum untuk meningkatkan ketakwaan.
Dia menjelaskan bahwa orang yang beriman harus bersyukur ketika berjumpa dengan bulan Ramadan karena diberikan kesempatan untuk naik ke tingkatan diri yang lebih tinggi.
“Puasa adalah anugerah yang luar biasa besar dari Allah kepada manusia untuk menapaki jenjang anak tangga kemuliaan menuju derajat yang lebih tinggi, bahkan setinggi-tingginya hingga yang paling tinggi, yaitu derajat takwa kepada Allah SWT,” kata Gus Candra dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, berpuasa di bulan Ramadhan sejatinya lebih dari sekadar menahan lapar dan haus, namun harus mengendalikan nafsu demi sempurnanya ibadah puasa yang dilaksanakan.
Karena itu menurut dia, berpuasa sebaiknya juga merupakan ikhtiar menahan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan yang dapat membatalkan puasa.
“Pada hakikatnya, berpuasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum, serta berhubungan seksual dengan pasangan di siang hari. Berpuasa adalah menahan diri dari godaan hawa nafsu yang dirangsang oleh penginderaan kita terhadap hal-hal di luar diri,” ujarnya.
Gus Candra menilai menunaikan ibadah puasa Ramadhan di Indonesia bisa dikatakan memiliki corak tersendiri jika dibandingkan dengan negara lain.
Hal itu menurut dia, berhubungan dengan Indonesia yang terdiri dari banyak suku, agama, dan kepercayaan, sehingga masyarakat Indonesia seharusnya sudah terbiasa dalam menghadapi perbedaan yang ada.
Pengasuh Pondok Pesantren Asy-Syahadah, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah itu juga berpesan bahwa umat Islam harus tetap mengedepankan cara yang santun dalam menyikapi perbedaan.
“Perbedaan pendapat adalah rahmat, pertama, kita harus mensyukuri perbedaan pendapat tersebut. Kedua, kita sampaikan pendapat dengan cara yang baik, tidak perlu perdebatan apalagi disertai kekerasan dan pemaksaan kehendak,” ujarnya.
Ketiga menurut dia, kebebasan berpendapat dilindungi oleh undang-undang sehingga selayaknya kita menghargai perbedaan pendapat itu.
Gus Candra Malik mengajak untuk memanfaatkan Ramadhan dengan sebaik-baiknya sebagai ajang peningkatan kualitas diri menjadi lebih baik.
Karena itu sebaiknya umat Islam benar-benar memanfaatkan momentum Ramadan saat ini untuk memperbaiki diri, berikrar tidak mengulangi kesalahan dan kekhilafan yang sama, serta berharap dapat mencapai tujuan menjalankan kewajiban berpuasa di Bulan Ramadan, yaitu supaya kita bertakwa kepada Allah SWT.
Baca juga: Lesbumi-LTNU PBNU gelar Pameran Komite Hijaz
Baca juga: Ketua Lesbumi PBNU dimakamkan di Kediri
Dia menjelaskan bahwa orang yang beriman harus bersyukur ketika berjumpa dengan bulan Ramadan karena diberikan kesempatan untuk naik ke tingkatan diri yang lebih tinggi.
“Puasa adalah anugerah yang luar biasa besar dari Allah kepada manusia untuk menapaki jenjang anak tangga kemuliaan menuju derajat yang lebih tinggi, bahkan setinggi-tingginya hingga yang paling tinggi, yaitu derajat takwa kepada Allah SWT,” kata Gus Candra dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, berpuasa di bulan Ramadhan sejatinya lebih dari sekadar menahan lapar dan haus, namun harus mengendalikan nafsu demi sempurnanya ibadah puasa yang dilaksanakan.
Karena itu menurut dia, berpuasa sebaiknya juga merupakan ikhtiar menahan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan yang dapat membatalkan puasa.
“Pada hakikatnya, berpuasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum, serta berhubungan seksual dengan pasangan di siang hari. Berpuasa adalah menahan diri dari godaan hawa nafsu yang dirangsang oleh penginderaan kita terhadap hal-hal di luar diri,” ujarnya.
Gus Candra menilai menunaikan ibadah puasa Ramadhan di Indonesia bisa dikatakan memiliki corak tersendiri jika dibandingkan dengan negara lain.
Hal itu menurut dia, berhubungan dengan Indonesia yang terdiri dari banyak suku, agama, dan kepercayaan, sehingga masyarakat Indonesia seharusnya sudah terbiasa dalam menghadapi perbedaan yang ada.
Pengasuh Pondok Pesantren Asy-Syahadah, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah itu juga berpesan bahwa umat Islam harus tetap mengedepankan cara yang santun dalam menyikapi perbedaan.
“Perbedaan pendapat adalah rahmat, pertama, kita harus mensyukuri perbedaan pendapat tersebut. Kedua, kita sampaikan pendapat dengan cara yang baik, tidak perlu perdebatan apalagi disertai kekerasan dan pemaksaan kehendak,” ujarnya.
Ketiga menurut dia, kebebasan berpendapat dilindungi oleh undang-undang sehingga selayaknya kita menghargai perbedaan pendapat itu.
Gus Candra Malik mengajak untuk memanfaatkan Ramadhan dengan sebaik-baiknya sebagai ajang peningkatan kualitas diri menjadi lebih baik.
Karena itu sebaiknya umat Islam benar-benar memanfaatkan momentum Ramadan saat ini untuk memperbaiki diri, berikrar tidak mengulangi kesalahan dan kekhilafan yang sama, serta berharap dapat mencapai tujuan menjalankan kewajiban berpuasa di Bulan Ramadan, yaitu supaya kita bertakwa kepada Allah SWT.
Baca juga: Lesbumi-LTNU PBNU gelar Pameran Komite Hijaz
Baca juga: Ketua Lesbumi PBNU dimakamkan di Kediri
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: