Melda mengatakan, untuk mengenalkan Prisma secara lebih luas kepada masyarakat, Kantor Filateli Jakarta berkolaborasi dengan berbagai pihak, baik komunitas filateli maupun instansi atau lembaga.
"Kemarin kami menerima pesanan dari salah seorang tokoh yang memiliki minat di bidang pendidikan, beliau sengaja memesan Prisma untuk dikirimkan kepada siswa SD, SMP, dan SMA, karena ingin mengenalkan kalau prangko masih eksis hingga kini," kata Melda.
Selain itu, penerbitan prangko juga dilakukan dalam rangka kerja sama diplomatik, beberapa koleksi yang ditunjukkan Melda diantaranya prangko kerja sama Indonesia-India, Indonesia-Jepang, dan Indonesia-Amerika. Prangko kerja sama diplomatik ini biasanya didesain sesuai dengan tema, misalnya lingkungan.
Bagi masyarakat yang memiliki perayaan tertentu, misalnya acara wisuda, pernikahan, atau ibu bersalin, juga bisa memesan Prisma melalui Kantor Filateli Jakarta.
"Namun, masyarakat tidak boleh sembarangan meminta desain atau foto dengan artis atau figur publik seperti presiden, karena ada hak kekayaan intelektual," kata Melda.
Saat ini, prangko Prisma dijual per enam lembar, dengan harga per prangko Rp5.000. Harga ini juga terus berkembang sejak pertama kali Prisma diterbitkan pada 1999.
Melda mengatakan, saat ini prangko dicetak secara terbatas untuk menjaga nilai dan eksklusivitas.
"Kalau dicetak terbatas, misalnya 1.000, maka filatelis akan berbondong-bondong membelinya, karena semakin sedikit dicetak maka itu semakin langka, nah kelangkaan itulah yang dicari kolektor," kata Melda.
Baca juga: Prangko bergambar Raja Charles tanpa mahkota diluncurkan di Inggris
Baca juga: Australia masukkan elemen kelinci di prangko & lanskap kota pada Imlek