"Biasanya sebelum Ramadhan, omzet penjualan Rp300 ribu/hari, namun saat bulan puasa naik," kata salah satu pedagang layangan, Wahyu (58) di kawasan BKT, Jakarta Timur, Selasa.
Hal itu, kata dia, karena banyak warga main layangan untuk menunggu waktu berbuka puasa (ngabuburit) di BKT.
Terlebih, pada Sabtu dan Minggu, banyak warga yang membawa keluarganya untuk bermain layangan di BKT sambil ngabuburit.
Harga layangan yang dijualnya pun berkisar dari Rp1.000 hingga Rp1.500/layangan.
Wahyu tak hanya menjual layangan saja, namun juga menjual benang kenur dan benang gelasan yang biasa digunakan untuk memutuskan layangan lawannya.
Harga benang gelasan berkisar dari Rp 2.000 hingga Rp 80.000/gulungan. Yang membedakannya adalah kualitas ketajaman benang gelasan tersebut.
"Kalau anak-anak biasanya beli yang harganya Rp2.000. Tapi, ada juga orang dewasa yang beli gelasan dengan harga Rp50.000 hingga Rp80.000/gulungan," kata Wahyu yang sudah berjualan sejak tahun 2002
Pedagang lainnya, Jali mengaku pendapatannya yang didapat dari hasil penjualan layangan cukup lumayan, yakni mencapai Rp100 ribu hingga Rp 150 ribu/hari.
Hal itu lantaran jumlah layangan dan benang gelasan yang dijualnya tak begitu banyak.
"Di bulan Ramadhan ini banyak warga yang bermain layangan untuk menunggu waktu berbuka puasa," ujarnya.
Menurut dia, warga yang bermain layangan di BKT tak hanya berasal dari warga sekitar, melainkan ada juga yang berasal dari Mampang, Manggarai, Klender dan Bekasi.
Baca juga: Luhut targetkan proyek sodetan Ciliwung rampung 2022
Baca juga: Hujan deras, pedagang takjil di BKT sepi pembeli
Baca juga: Aparat gabungan bubarkan paksa kerumunan di kawasan BKT Jaktim
Baca juga: Luhut targetkan proyek sodetan Ciliwung rampung 2022
Baca juga: Hujan deras, pedagang takjil di BKT sepi pembeli
Baca juga: Aparat gabungan bubarkan paksa kerumunan di kawasan BKT Jaktim