Singapura (ANTARA) - Harga minyak mentah bergerak dalam kisaran sempit di awal perdagangan Asia pada Selasa pagi, setelah reli di sesi sebelumnya dengan pasar minyak terfokus pada perkembangan krisis perbankan serta kekhawatiran pasokan dan indikasi penguatan permintaan.

Minyak mentah berjangka Brent turun tipis dua sen menjadi diperdagangkan di 78,10 dolar AS per barel pada pukul 00.18 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terdongkrak delapan sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 72,89 dolar AS per barel.

Harga naik di sesi sebelumnya setelah Turki berhenti memompa minyak mentah dari Kurdistan melalui pipa menyusul keputusan arbitrase yang mengonfirmasi persetujuan Baghdad diperlukan untuk mengirimkan minyak.

Pengumuman Senin (27/3/2023) bahwa First Citizens BancShares Inc akan mengakuisis simpanan dan pinjaman dari Silicon Valley Bank yang gagal memicu optimisme tentang kondisi sektor perbankan yang mengguncang pasar keuangan.

Otoritas AS juga dilaporkan sedang dalam pertimbangan awal tentang perluasan fasilitas pinjaman darurat.

Harga minyak juga mendapat dukungan dari indikasi kuatnya permintaan China.

Impor minyak mentah China diperkirakan akan naik 6,2 persen pada tahun 2023 dari level tahun lalu menjadi 540 juta ton, menurut perkiraan tahunan oleh unit penelitian China National Petroleum Corp pada Senin (27/3/2023).

Stok minyak mentah AS diperkirakan naik sekitar 200.000 barel pekan lalu, sebuah jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada Senin (27/3/2023).

American Petroleum Institute (API), sebuah grup industri, akan mempublikasikan data persediaannya pada Selasa pukul 16.30 waktu setempat dan Badan Informasi Energi AS pada Rabu (29/3/2023) pukul 10.30 waktu setempat.

Baca juga: Wall Street ditutup beragam, kesepakatan SVB angkat saham bank
Baca juga: Emas tergelincir 30 dolar karena selera risiko meningkat
Baca juga: Dolar melemah karena kekhawatiran atas krisis perbankan mereda