Pasalnya, kebutuhan infrastruktur hijau ASEAN saat ini semakin besar sehingga terdapat pembahasan penggeseran branding AIF menjadi ASEAN Green Fund.
"Sudah mengerucut pembahasannya dan tentunya narasi yang akan dibangun yaitu mendorong modal pendanaan," ucap Febrio dalam media briefing di Kabupaten Badung, Bali, Senin.
Pemanfaatan modal yang diperkuat dalam ASEAN Green Fund tersebut, kata dia, nantinya direspons dari berbagai pembiayaan dari lembaga-lembaga lain seperti Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) maupun Bank Investasi Infrastruktur Asia (Asian Infrastructure Investment Bank/AIIB).
Baca juga: BI sebut ASEAN akan lihat dampak limpahan masalah perbankan global
Untuk pendanaan transisi energi, Febrio menjelaskan ASEAN telah membangun taksonomi hijau untuk melibatkan sektor keuangan swasta, hingga AIF. AIF merupakan lembaga dana yang sudah cukup lama diinisiasi ASEAN, yaitu dari sekitar tahun 2008.
"Tujuannya waktu itu untuk dana bersama lalu pembiayaan campuran. Ada pengumpulan modal dari anggota ASEAN yang menjadi dana katalist bagi keterlibatan swasta, mulai dari multilateral seperti ADB," tuturnya.
Ia melanjutkan, AIF telah berjalan beberapa tahun. Namun yang menjadi salah satu permasalahan yakni sebanyak dua pertiga manfaat pendanaan diberikan untuk proyek infrastruktur di Indonesia.
Baca juga: ASEAN-BAC tekankan lima prioritas penyelesaian isu ekonomi ASEAN
Baca juga: ASEAN sahkan tujuh capaian prioritas ekonomi pada AEM Retreat 2023