Rupiah merosot di tengah situasi moneter AS yang masih belum stabil
27 Maret 2023 15:33 WIB
Ilustrasi - Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc/pri. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir perdagangan Senin merosot di tengah situasi moneter Amerika Serikat (AS) yang masih belum stabil.
Rupiah pada Senin ditutup melemah 10 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp15.163 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.153 per dolar AS.
"Situasi moneter AS yang masih belum stabil membuat The Fed berpeluang untuk menahan kenaikan nilai suku bunga," kata analis ICDX Revandra Aritama saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Revandra mengatakan sentimen tersebut muncul menyusul kewaspadaan AS terhadap kondisi likuiditas bank di Amerika Serikat setelah kejadian yang menimpa Silicon Valley Bank (SVB) dan beberapa bank lain.
Namun, inflasi AS masih tinggi jauh dari target The Fed, dan kondisi ekonomi AS juga masih tumbuh sehingga The Fed dinilai masih memiliki ruang untuk menaikkan nilai suku bunga.
Ia menuturkan pasar masih menunggu data ekonomi lanjutan dan laporan dampak krisis keuangan yang menerpa AS.
"Jika dampaknya tidak besar, ada peluang The Fed untuk lanjut menaikkan nilai suku bunga," tuturnya.
Rupiah pada pagi hari dibuka menurun ke posisi Rp15.188 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.160 per dolar AS hingga Rp15.192 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin menguat ke posisi Rp15.174 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp15.189 per dolar AS.
Baca juga: Dolar naik tipis di Asia karena kekhawatiran krisis perbankan bertahan
Baca juga: Valuasi Twitter jatuh jadi 20 miliar dolar AS
Baca juga: Minyak naik di awal sesi Asia karena kekhawatiran perbankan mereda
Rupiah pada Senin ditutup melemah 10 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp15.163 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.153 per dolar AS.
"Situasi moneter AS yang masih belum stabil membuat The Fed berpeluang untuk menahan kenaikan nilai suku bunga," kata analis ICDX Revandra Aritama saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Revandra mengatakan sentimen tersebut muncul menyusul kewaspadaan AS terhadap kondisi likuiditas bank di Amerika Serikat setelah kejadian yang menimpa Silicon Valley Bank (SVB) dan beberapa bank lain.
Namun, inflasi AS masih tinggi jauh dari target The Fed, dan kondisi ekonomi AS juga masih tumbuh sehingga The Fed dinilai masih memiliki ruang untuk menaikkan nilai suku bunga.
Ia menuturkan pasar masih menunggu data ekonomi lanjutan dan laporan dampak krisis keuangan yang menerpa AS.
"Jika dampaknya tidak besar, ada peluang The Fed untuk lanjut menaikkan nilai suku bunga," tuturnya.
Rupiah pada pagi hari dibuka menurun ke posisi Rp15.188 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.160 per dolar AS hingga Rp15.192 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin menguat ke posisi Rp15.174 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp15.189 per dolar AS.
Baca juga: Dolar naik tipis di Asia karena kekhawatiran krisis perbankan bertahan
Baca juga: Valuasi Twitter jatuh jadi 20 miliar dolar AS
Baca juga: Minyak naik di awal sesi Asia karena kekhawatiran perbankan mereda
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023
Tags: