Amman (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia akan memanfaatkan Jordania sebagai pintu akses untuk memasuki pasar ekspor di kawasan Timur Tengah, terutama bagian utara meliputi Mesir, Palestina, Libanon, Sirya dan Irak.

"Untuk meningkatkan kapasitas pasar ekspor Indonesia di kawasan Timur Tengah, kita sudah harus fokus memperbesar pasar ke Jordania dengan menjadikan negara ini sebagai "distribution center" (pusat distribusi) produk-produk Indonesia," kata Wakil Menteri Perdagangan-RI, Bayu Krisnamurthi, di sela pelaksanaan Misi Dagang RI ke Jordania, di Amman, Jordania, Selasa.

Turut dalam misi dagang tersebut Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Gunaryo, Kepala Sub Direktorat Ekonomi, Keuangan dan Pengembangan, Direktorat Timur Tengah Kementerian Luar Negeri-RI, Darmawan Suparno, dan Fungsi Ekonomi KBRI Amman, Arif Hidayat.

Selama di Jordania, misi dagang menemui Menteri Perdagangan dan Industri Komunikasi dan Teknologi Informasi Jordania, Hatem Al-Halawni, Jordan Business Asociation, Jordan Investment Board, Jordan Chamber of Commerce.

Menurut Bayu, yang menjadi tantangan mengembangkan pasar di kawasan Timur Tengah saat ini antara lain perlunya penguatan sistem logistik dan distribusi.

Ia menjelaskan situasi politik di sejumlah negara di Timur Tengah saat ini belum mapan karena terjadi gejolak, yang mengakibatkan distribusi sedikit mengalami hambatan.

Meski demikian diutarakan Bayu, di sisi lain permintaan produk-produk terutama makanan dan obat-obatan dari sejumlah negara tersebut mengalami peningkatan.

"Saya kira Indonesia dalam hubungan internasional memegang prinsip bahwa kita tidak meninggalkan pasar negara yang sedang bergejolak, namun lebih dari itu tetap ingin meningkatkan pasar meskipun melalui negara lain," ujarnya.

Untuk itu ditegaskan Bayu, Jordania saat ini merupakan salah satu negara di kawasan ini yang situasi politiknya lebih stabil, pertumbuhan ekonomi yang meningkat dari waktu ke waktu.

Keberhasilan Jordan menjaga iklim politik mendorong peningkatan neraca perdagangannya negara itu tidak hanya dengan Indonesia tetapi dengan sejumlah negara di kawasan itu.

Bayu menegaskan, dengan menjadikan Jordan sebagai pusat distribusi secara tidak langsung dapat meningkatkan kapasitas ekspor Indonesia karena selama ini Jordania telah masuk dalam sejumlah zona perdagangan bebas dengan negara-negara di sejumlah kawasan, seperti Jordan Free Trade Area (FTA), United States FTA, Canada FTA, EU Association Agreement, Turkey FTA, Greater Arab FTA, Singapore FTA, dan Qualified Industrial Zones Agreement.

Khusus di Timur Tengah, ditambahkan Bayu, potensi pasar yang bisa digali cukup besar karena kawasan ini memiliki jumlah penduduk yang cukup besar.

Berdasarkan Arab Monitory Fund Report, pada tahun 2011 jumlah penduduk negara-negara Arab (MENA) sekitar 350,3 juta jiwa, sedangkan IMF World Economic Outlook Database menyebutkan tingkat GDP MENA tahun 2011 sekitar 2,76 triliun dolar AS.

Sesungguhnya hubungan ekonomi Indonesia-Jordan sudah terjalin sejak lama yang ditandai antara lain dengan ditantanganinya kesepakatan pajak pendapatan dan penghapusan pajak berganda pada tahun 1996, kesepakatan promosi dan proteksi investasi pada tahun 1993, 1996, dan kesepakatan dalam kerangka kerja ekonomi, perdangan dan kebudayaan (Framework Agreement on Economic, Trade and Cultural Cooperation) pada 2009.

Menurut catatan Jordan Investment Board, hingga September 2012 total investasi Jordan mencapai sekitar 2,1 miliar dolar AS, melonjak 81,3 persen dibanding total investasi pada September 2011 sekitgar 1,18 miliar dolar AS.

Dari sisi makro ekonomi, Gross Domestik Produk (GDP) Jordania pada 2011 mencapai 28,9 miliar dolar AS, naik dari sekitar 22 miliar dolar AS pada 2008, dan sebesar 23,9 miliar dolar AS pada 2009, dan 26,5 miliar dolar AS pad 2010.

Tingkat pendapatan per kapita (GDP per capita) juga mengalami peningkatan dari sekitar 4.329 dolar AS pada tahun 2010, menjadi 4.622 dolar AS pada tahun 2011.

Sedangkan dari sisi inflasi, Jordan juga berhasil menjaga tingkat inflasi pada level yang stabil pada kisaran 5 persen (2010), sebesar 4,4 persen (2011), dan 4,2 persen pada Juni 2012.Sementara itu, Kepala Subdirektorat Ekonomi, Keuangan dan Pengembangan, Direktorat Timur Tengah, Kementerian Luar Negeri-RI, Darmawan Suparno mengatakan, Jordania menjadi salah satu negara di wilayah Timur Tengah yang mengalami pertumbuhan ekonomi paling aktraktif.

"Jordania bisa menjadi penghubung atau pintu masuk dalam mengakses pasar bebas di seluruh dunia yang melibatkan negara-negara Arab," ujar Darmawan.

Menurut catatan, hingga Agustus 2012, neraca perdagangan Indonesia-Jordan mencapai sekitar 363,97 juta dolar AS. Pada tahun 2011 Jordan mengimpor produk Indonesia sekitar 153,3 juta dolar AS, atau merupakan peringkat ke-58 dari seluruh mitra dagang Indonesia.

Impor komoditi terbesar Jordania dari Indonesia meliputi minyak nabati dan lemak nabati, sayuran, barang dari kayu, produk kertas, daging olahan dan makanan laut, mesin dan perlengkapan mekanik. Sedangkan Indonesia mengimpor garam, sulfur, pupuk, kimia unorganik, mesin dan peralatan mekanik.
(R017/M026)