"Berdasarkan data, Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai jumlah kasus TB terbanyak setelah China, jumlahnya mencapai 969 ribu jiwa atau satu orang setiap 33 detik terkena TB," kata Dirut RSUP Persahabatan Prof DR. dr. Agus Dwi Susanto Sp.P(K) saat jumpa pers Hari Tuberkulosis Se-dunia, di RSUP Persahabatan, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat.
Oleh karena itu, TB harus menjadi perhatian bersama karena tak hanya memberikan dampak kesehatan, melainkan juga masalah sosial dan masalah ekonomi.
"Karena dari jaminan kesehatan nasional itu memberikan data bahwa pembiayaan untuk TB ini bebannya mencapai Rp5,2 triliun per tahun," kata Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) itu.
Baca juga: Polsek Jagakarsa kolaborasi ajak warga deteksi penyakit TBC lebih dini
"Tuberkulosis ada di sekitar kita dan tidak 'pandang bulu' (masyarakat miskin/kaya). Penularannya bisa melalui tetesen kecil (droplet), percik batuk dan bersin. TB masih bisa diobati asalkan rajin minum obat dan tidak boleh putus karena akan menyebabkan TB-nya resisten," paparnya.
Dia pun mengingatkan kepada masyarakat untuk menjaga imunitas tubuh dengan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup
Baca juga: Pemkot Jaksel beri pengobatan gratis untuk pengidap TBC
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menargetkan eliminasi TB pada 2030 dan Indonesia bebas TB pada 2050.
Tidak lapor
karena banyak yang terdiagnosis terkena TB, namun tidak melaporkan kepada petugas kesehatan.
Padahal, penyakitnya itu menularkan kepada masyarakat lain.
Baca juga: Jakarta Barat perkirakan periksa tuberkulosis warga selesai bulan ini