Jakarta (ANTARA) - Plt Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Anggin Nuzula Rahma mengatakan pemberian ASI eksklusif pada bayi memperlihatkan tren meningkat dari tahun ke tahun tetapi belum merata.

"Meskipun trennya meningkat dari tahun ke tahun, tapi capaiannya harus ditingkatkan, khususnya dari segi pemerataan wilayah," kata Anggin Nuzula Rahma dalam webinar Media Talk bertajuk "Panduan Puasa Bagi Ibu Hamil, Menyusui, dan Anak-Anak", di Jakarta, Jumat.

Hal ini karena belum semua wilayah cakupan ASI eksklusifnya di atas target.

Anggin menyampaikan berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik terkait persentase anak umur 0-23 bulan yang pernah dan masih diberikan ASI pada periode 2020-2022 menunjukkan tren yang meningkat, yaitu sebesar 77,41 persen pada 2022, yang sebelumnya pada angka 77,01 persen pada 2021, dan 75,68 persen pada 2020.

Anggin Nuzula Rahma menjelaskan kegagalan pemberian ASI eksklusif, salah satunya karena faktor budaya dalam pemberian makanan pada bayi sesaat setelah bayi lahir.

Baca juga: Ahli: Posyandu berperan besar dalam edukasi ASI eksklusif

Baca juga: Kemenko tekankan pentingnya ASI eksklusif dukung tumbuh kembang anak


"Budaya di masyarakat yang menganggap bayi setelah lahir harus dilatih, diberi sedikit air putih, pisang yang dikerok. Ini sebenarnya tidak boleh. Ini menggagalkan program pemerintah terkait pemberian ASI eksklusif," katanya.

Selain itu, waktu pemberian ASI eksklusif yang terlalu cepat.

Anggin Nuzula Rahma menuturkan balita yang tidak diberikan ASI eksklusif sejak lahir memiliki risiko stunting sebesar 4,8 kali dibandingkan dengan balita yang diberikan ASI eksklusif sejak lahir.

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi sejak usia 0-6 bulan, tanpa penambahan apapun.

"Karena lambung bayi sangat kecil, ASI saja sudah memenuhi keseluruhan kebutuhan gizi bayi secara sempurna," kata Anggin Nuzula Rahma.

Baca juga: AIMI: Ukuran payudara tak pengaruhi banyaknya jumlah produksi ASI

Baca juga: BKKBN dorong peningkatan edukasi laktasi sasar ibu pekerja