London (ANTARA) - Mantan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengakui bahwa parlemen "disesatkan" oleh pernyataannya tentang pesta-pesta pemerintah yang melanggar aturan selama pandemi COVID-19 atau partygate.

"Saya mengakui bahwa Dewan Rakyat (House of Commons) telah disesatkan oleh pernyataan-pernyataan saya bahwa peraturan dan pedoman telah dipatuhi sepenuhnya di (Downing Street) No. 10," kata Johnson, Selasa (21/3).

"Namun saat disampaikan, pernyataan-pernyataan tersebut disampaikan dengan iktikad baik dan berdasarkan apa yang saya ketahui dan yakini pada saat itu," ujarnya dalam sebuah bukti tertulis yang dirilis sehari sebelum proses interogasi oleh para anggota parlemen terkait skandal "partygate".

Johnson dipaksa mengundurkan diri pada Juli 2022 karena serangkaian skandal seperti "partygate" dan penunjukan Chris Pincher yang dituduh telah melakukan pelecehan seksual oleh Johnson.

Pengunduran diri Johnson, yang disusul dengan kepemimpinan singkat Liz Truss, akan dikenang sebagai musim panas yang penuh dengan kekacauan politik di Inggris.

Johnson pada awalnya mengatakan bahwa tidak ada aturan yang dilanggar ketika penyelenggaraan pesta minuman keras pada 2020 dan 2021 di Downing Street pertama kali terungkap pada akhir 2021. Dia kemudian meminta maaf dan mengatakan bahwa telah terjadi "kekeliruan," karena dirinya mengira pesta-pesta tersebut adalah acara kerja.

Klaim Johnson saat ini sedang diselidiki Komite Keistimewaan lintas partai. Vonis bersalah yang dijatuhkan pada Rabu (22/3) dapat membuatnya diskors dari Dewan Rakyat yang merupakan majelis rendah parlemen Inggris.