Danareksa Investment beri 'insight' investor guna optimalkan investasi
22 Maret 2023 11:38 WIB
PT Danareksa Investment Management (DIM) menggelar Investor Gathering bertajuk “ESG Investing: Building Sustainable Resilient Portfolio", Jakarta, Rabu. (Danareksa)
Jakarta (ANTARA) - PT Danareksa Investment Management (DIM) memberikan update dan insight bagi para investor di Tanah Air untuk mengoptimalkan investasi secara berkelanjutan atau ESG melalui Reksa Dana Indeks MSCI Indonesia ESG Screened.
Direktur Sales & Marketing Danareksa Investment Management Upik Susiyawati dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu, menyampaikan kegiatan tersebut digelar dalam bentuk Investor Gathering bertajuk “ESG Investing: Building Sustainable Resilient Portfolio”.
“Hal ini menunjukkan semakin tingginya perhatian investor terhadap dampak lingkungan dan sosial yang ditimbulkan serta meningkatnya kesadaran akan pentingnya tata kelola perusahaan yang baik untuk berbisnis secara keberlanjutan,” ujar Upik.
Meskipun pandemi COVID-19 telah mereda, menurut dia, gangguan terhadap perekonomian dan bisnis, serta ketidakpastian di pasar keuangan dan investasi masih terus berlangsung.
Ditambah, kenaikan suku bunga acuan bank sentral di berbagai negara dan tingginya inflasi menyebabkan ketidakpastian di pasar saham, meningkatkan imbal hasil obligasi, serta melemahkan berbagai nilai tukar terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Selain itu, kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina telah mendisrupsi pasokan energi dan pangan ke berbagai negara.
“Namun dari dalam negeri, rupiah masih resilient di tengah berbagai tantangan global yang didukung oleh pasar valas domestik yang masih cukup baik serta di dorong oleh transaksi spot dan swap yang tinggi,” ujar Anton.
Dari sisi perubahan iklim dan lingkungan, pihaknya menyampaikan bahwa perubahan iklim semakin memburuk yang dalam beberapa dekade terakhir dan peningkatan emisi karbon menjadi tantangan bagi perekonomian, termasuk di Indonesia.
“Aspek lingkungan menjadi concern utama investor dalam melakukan investasi ESG hingga tahun 2025, salah satunya yaitu akibat perubahan iklim semakin memburuk dalam beberapa dekade terakhir dan emisi CO2 yang semakin meningkat, menjadi tantangan bagi perekonomian,” ujar Anton.
Pihaknya menyampaikan semua hal tersebut akan menjadi daya tarik bagi investor global yang sedang mencari safe heaven investment opportunity di tengah ancaman resesi di negara-negara belahan utara.
Dalam kesempatan sama, Chief Investment Officer DIM Herman Tjahjadi menyampaikan pada Maret 2023 pasar saham global sedang dilanda ketidakpastian tinggi setelah krisis yang menimpa Silicon Valley Bank (SVB) di AS dan Credit Suisse di Eropa.
Namun demikian, dia mengatakan perekonomian Indonesia tetap terjaga, tercermin dari APBN yang surplus 0,6 persen PDB sebesar Rp131,8 triliun pada Februari 2023, neraca perdagangan yang surplus 5,5 miliar dolar AS pada Februari 2023.
Selain itu, cadangan devisa menjadi sebesar 140,3 miliar dolar AS pada Februari 2023, serta inflasi inti yang melambat 0,13 persen month to month (mtm) atau 3,09 persen yoy pada Februari 2023.
Sebagai informasi, Danareksa Investment Management merupakan anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia atau BRI yang bergerak di bidang manajemen investasi.
Direktur Sales & Marketing Danareksa Investment Management Upik Susiyawati dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu, menyampaikan kegiatan tersebut digelar dalam bentuk Investor Gathering bertajuk “ESG Investing: Building Sustainable Resilient Portfolio”.
“Hal ini menunjukkan semakin tingginya perhatian investor terhadap dampak lingkungan dan sosial yang ditimbulkan serta meningkatnya kesadaran akan pentingnya tata kelola perusahaan yang baik untuk berbisnis secara keberlanjutan,” ujar Upik.
Meskipun pandemi COVID-19 telah mereda, menurut dia, gangguan terhadap perekonomian dan bisnis, serta ketidakpastian di pasar keuangan dan investasi masih terus berlangsung.
Ditambah, kenaikan suku bunga acuan bank sentral di berbagai negara dan tingginya inflasi menyebabkan ketidakpastian di pasar saham, meningkatkan imbal hasil obligasi, serta melemahkan berbagai nilai tukar terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Selain itu, kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina telah mendisrupsi pasokan energi dan pangan ke berbagai negara.
“Namun dari dalam negeri, rupiah masih resilient di tengah berbagai tantangan global yang didukung oleh pasar valas domestik yang masih cukup baik serta di dorong oleh transaksi spot dan swap yang tinggi,” ujar Anton.
Dari sisi perubahan iklim dan lingkungan, pihaknya menyampaikan bahwa perubahan iklim semakin memburuk yang dalam beberapa dekade terakhir dan peningkatan emisi karbon menjadi tantangan bagi perekonomian, termasuk di Indonesia.
“Aspek lingkungan menjadi concern utama investor dalam melakukan investasi ESG hingga tahun 2025, salah satunya yaitu akibat perubahan iklim semakin memburuk dalam beberapa dekade terakhir dan emisi CO2 yang semakin meningkat, menjadi tantangan bagi perekonomian,” ujar Anton.
Pihaknya menyampaikan semua hal tersebut akan menjadi daya tarik bagi investor global yang sedang mencari safe heaven investment opportunity di tengah ancaman resesi di negara-negara belahan utara.
Dalam kesempatan sama, Chief Investment Officer DIM Herman Tjahjadi menyampaikan pada Maret 2023 pasar saham global sedang dilanda ketidakpastian tinggi setelah krisis yang menimpa Silicon Valley Bank (SVB) di AS dan Credit Suisse di Eropa.
Namun demikian, dia mengatakan perekonomian Indonesia tetap terjaga, tercermin dari APBN yang surplus 0,6 persen PDB sebesar Rp131,8 triliun pada Februari 2023, neraca perdagangan yang surplus 5,5 miliar dolar AS pada Februari 2023.
Selain itu, cadangan devisa menjadi sebesar 140,3 miliar dolar AS pada Februari 2023, serta inflasi inti yang melambat 0,13 persen month to month (mtm) atau 3,09 persen yoy pada Februari 2023.
Sebagai informasi, Danareksa Investment Management merupakan anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia atau BRI yang bergerak di bidang manajemen investasi.
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023
Tags: