Bupati Batola ingin d esa Dwipasari jadi objek wisata adat budaya
22 Maret 2023 10:41 WIB
Penjabat Bupati Batola Mujiyat menghadiri arak-arakan ogoh-ogoh di Desa Dwipasari, Kecamatan Wanaraya, Batola, Selasa (21/3/2023). ANTARA/HO-Diskominfo Kabupaten Batola
Barito Kuala (ANTARA) - Penjabat Bupati Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selata, Mujiyat menginginkan kegiatan ogoh-ogoh di desa Dwipasari, Kecamatan Wanaraya menjadi destinasi wisata adat dan budaya.
"Kita punya keinginan kuat agar desa Dwipasari bisa menjadi destinasi wisata adat dan budaya yang berlangsung setiap tahun," kata Mujiyat di Marabahan, Rabu.
Namun, Mujiyat mengungkapkan salah satu yang menjadi kendala, karena kondisi infrastruktur rusak parah di jalan poros kabupaten yang menghubungkan Dwipasari, Sidomulyo dan Roham Raya.
Padahal jalan tersebut, kata Mujiyat, merupakan urat nadi perekonomian warga Dwipasari yang sebagian besar kebun sawit dan karet.
"Mudah-mudahan dalam tahun anggaran 2023 diprogramkan dan dikerjakan dengan segala kemampuan yang tersedia di Pemkab Batola," ujar Mujiyat.
Terkait destinasi wisata adat dan budaya yang merupakan salah satu dari sumber daya terbarukan, Mujiyat meminta Disporbudpar Batola segera berkoordinasi dengan pihak terkait.
Wakil Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Wanaraya I Wayan Mika menuturkan puluhan pria mengarak dua ogoh-ogoh berbobot puluhan kilogram yang dibuat warga Dwipasari tersebut.
I Wayan Mika menambahkan dua patung yang merepresentasikan Bhuta Kala itu diarak ke empat penjuru angin, sebelum kemudian dibakar di pinggir sungai.
Sebenarnya, menurut I Wayan Mika, ogoh-ogoh tidak memiliki hubungan langsung dengan Hari Raya Nyepi, namun patung tersebut tetap boleh dibuat sebagai pelengkap kemeriahan upacara.
"Ogoh-ogoh tersebut merupakan simbol sifat-sifat buruk seperti marah, dengki maupun sombong. Makanya ogoh-ogoh berbentuk menyeramkan dan jelek dibakar sebagai simbol memusnahkan sifat buruk atau negatif supaya tidak mengganggu Catur Brata penyepian," papar I Wayan Mika.
Selepas saksikan pawai ogoh-ogoh rombongan trail Penjabat Bupati Batola bergerak menuju desa Kolam Kanan untuk memenuhi undangan pawai ogoh-ogoh saat perayaan Nyepi 2023.
"Kita punya keinginan kuat agar desa Dwipasari bisa menjadi destinasi wisata adat dan budaya yang berlangsung setiap tahun," kata Mujiyat di Marabahan, Rabu.
Namun, Mujiyat mengungkapkan salah satu yang menjadi kendala, karena kondisi infrastruktur rusak parah di jalan poros kabupaten yang menghubungkan Dwipasari, Sidomulyo dan Roham Raya.
Padahal jalan tersebut, kata Mujiyat, merupakan urat nadi perekonomian warga Dwipasari yang sebagian besar kebun sawit dan karet.
"Mudah-mudahan dalam tahun anggaran 2023 diprogramkan dan dikerjakan dengan segala kemampuan yang tersedia di Pemkab Batola," ujar Mujiyat.
Terkait destinasi wisata adat dan budaya yang merupakan salah satu dari sumber daya terbarukan, Mujiyat meminta Disporbudpar Batola segera berkoordinasi dengan pihak terkait.
Wakil Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Wanaraya I Wayan Mika menuturkan puluhan pria mengarak dua ogoh-ogoh berbobot puluhan kilogram yang dibuat warga Dwipasari tersebut.
I Wayan Mika menambahkan dua patung yang merepresentasikan Bhuta Kala itu diarak ke empat penjuru angin, sebelum kemudian dibakar di pinggir sungai.
Sebenarnya, menurut I Wayan Mika, ogoh-ogoh tidak memiliki hubungan langsung dengan Hari Raya Nyepi, namun patung tersebut tetap boleh dibuat sebagai pelengkap kemeriahan upacara.
"Ogoh-ogoh tersebut merupakan simbol sifat-sifat buruk seperti marah, dengki maupun sombong. Makanya ogoh-ogoh berbentuk menyeramkan dan jelek dibakar sebagai simbol memusnahkan sifat buruk atau negatif supaya tidak mengganggu Catur Brata penyepian," papar I Wayan Mika.
Selepas saksikan pawai ogoh-ogoh rombongan trail Penjabat Bupati Batola bergerak menuju desa Kolam Kanan untuk memenuhi undangan pawai ogoh-ogoh saat perayaan Nyepi 2023.
Pewarta: Imam Hanafi/arianto
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023
Tags: