PBB hentikan sementara operasi bantuan kemanusiaan di Sudan Selatan
21 Maret 2023 17:49 WIB
Arsip foto - Sejumlah perempuan antre di klinik kesehatan keliling yang didukung UNICEF di desa Rubkuai, Unity State, Sudan Selatan. Kelaparan telah diumumkan secara resmi di beberapa bagian Sudan Selatan, yang telah terperosok dalam perang saudara sejak 2013. ANTARA/Reuters/Siegfried Modola/as.
Juba (ANTARA) - Program Pangan Dunia PBB (WFP) menunda operasi bantuan kemanusiaan di Sudan Selatan menyusul serangan bersenjata baru-baru ini terhadap para pekerjanya.
“Menyusul serangan terbaru, Program Pangan Dunia terpaksa menghentikan sementara pergerakan konvoinya keluar Bor, Negara Bagian Jonglei, untuk kedua kalinya dalam beberapa minggu untuk menilai kembali langkah mitigasi,” kata WFP dalam pernyataannya.
“Koridor ini sangat penting bagi persiapan pangan kami menjelang musim penghujan ketika jalan-jalan tidak dapat diakses dan lebih dari satu juta orang di Jonglei dan Pibor bergantung pada bantuan pangan kemanusiaan yang kami bawa melalui jalur ini,” kata Mary-Ellen McGroarty, Direktur Negara WFP di Sudan Selatan.
Ia mengatakan keselamatan dan keamanan staf dan kontraktor adalah yang terpenting dan ketika insiden seperti ini terjadi, biasanya wanita, pria dan anak-anak yang sangat membutuhkan bantuan adalah mereka yang paling menderita.
Sudan Selatan adalah salah satu tempat paling berbahaya bagi pekerja bantuan, di mana sembilan pekerja kemanusiaan tewas saat bertugas dan 418 insiden dilaporkan pada 2022.
Sebelum insiden ini, sejak awal tahun tiga pekerja bantuan telah kehilangan nyawa saat bertugas menyediakan layanan penting kepada mereka yang paling rentan terdampak situasi keamanan yang berlarut-larut.
Pada 2023, sekitar 9,4 juta penduduk Sudan Selatan diperkirakan membutuhkan bantuan kemanusiaan dan perlindungan. Situasi kemanusiaan memburuk akibat kekerasan, kendala akses, gangguan operasional, tantangan kesehatan publik dan bencana iklim seperti banjir dan kekeringan lokal.
Meshack Malo, Penjabat Koordinator Kemanusiaan untuk Sudan Selatan, mengatakan ketika petugas kemanusiaan terus bekerja tanpa lelah untuk menyediakan dukungan vital yang sangat dibutuhkan, serangan kekerasan yang terus berlanjut secara tidak langsung menghambat upaya mereka.
"Kami meminta pihak berwenang untuk mengambil tindakan mendesak untuk melindungi warga sipil, pekerja kemanusiaan dan komoditas serta mengadili para penyerang,” katanya.
Komunitas kemanusiaan di Sudan Selatan mengecam keras serangan yang menargetkan aset dan petugas kemanusiaan di wilayah Jonglei yang mengakibatkan dua orang tewas dan lainnya luka serius.
Pada 17 Maret, lebih dari 100 truk pembawa pangan dan bantuan kemanusiaan lainnya diserang. Dua pengemudi ditembak dalam serangan itu, salah satunya tewas. Satu orang lain tewas dalam kecelakaan lalu lintas sebagai akibat langsung dari insiden tersebut.
Seorang pekerja kemanusiaan juga terluka dan saat ini sedang dirawat. Insiden ini adalah yang terbaru dari serangkaian insiden dengan target konvoi bantuan dan pekerja kemanusiaan.
Sebanyak 20 insiden kekerasan terhadap pekerja dan aset kemanusiaan terjadi selama Januari saja, meningkat lebih dari dua kali lipat daripada Januari 2022.
“Kelompok kemanusiaan takut akan serangan lanjutan yang menargetkan pekerja dan aset mereka. Tindakan kekerasan yang berulang ini mengganggu pengiriman bantuan dan harus diakhiri,” kata Malo.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Sudan Selatan umumkan wabah kolera baru
Baca juga: Presiden Sudan Selatan pecat Menlu Mayiik Ayii Deng
“Menyusul serangan terbaru, Program Pangan Dunia terpaksa menghentikan sementara pergerakan konvoinya keluar Bor, Negara Bagian Jonglei, untuk kedua kalinya dalam beberapa minggu untuk menilai kembali langkah mitigasi,” kata WFP dalam pernyataannya.
“Koridor ini sangat penting bagi persiapan pangan kami menjelang musim penghujan ketika jalan-jalan tidak dapat diakses dan lebih dari satu juta orang di Jonglei dan Pibor bergantung pada bantuan pangan kemanusiaan yang kami bawa melalui jalur ini,” kata Mary-Ellen McGroarty, Direktur Negara WFP di Sudan Selatan.
Ia mengatakan keselamatan dan keamanan staf dan kontraktor adalah yang terpenting dan ketika insiden seperti ini terjadi, biasanya wanita, pria dan anak-anak yang sangat membutuhkan bantuan adalah mereka yang paling menderita.
Sudan Selatan adalah salah satu tempat paling berbahaya bagi pekerja bantuan, di mana sembilan pekerja kemanusiaan tewas saat bertugas dan 418 insiden dilaporkan pada 2022.
Sebelum insiden ini, sejak awal tahun tiga pekerja bantuan telah kehilangan nyawa saat bertugas menyediakan layanan penting kepada mereka yang paling rentan terdampak situasi keamanan yang berlarut-larut.
Pada 2023, sekitar 9,4 juta penduduk Sudan Selatan diperkirakan membutuhkan bantuan kemanusiaan dan perlindungan. Situasi kemanusiaan memburuk akibat kekerasan, kendala akses, gangguan operasional, tantangan kesehatan publik dan bencana iklim seperti banjir dan kekeringan lokal.
Meshack Malo, Penjabat Koordinator Kemanusiaan untuk Sudan Selatan, mengatakan ketika petugas kemanusiaan terus bekerja tanpa lelah untuk menyediakan dukungan vital yang sangat dibutuhkan, serangan kekerasan yang terus berlanjut secara tidak langsung menghambat upaya mereka.
"Kami meminta pihak berwenang untuk mengambil tindakan mendesak untuk melindungi warga sipil, pekerja kemanusiaan dan komoditas serta mengadili para penyerang,” katanya.
Komunitas kemanusiaan di Sudan Selatan mengecam keras serangan yang menargetkan aset dan petugas kemanusiaan di wilayah Jonglei yang mengakibatkan dua orang tewas dan lainnya luka serius.
Pada 17 Maret, lebih dari 100 truk pembawa pangan dan bantuan kemanusiaan lainnya diserang. Dua pengemudi ditembak dalam serangan itu, salah satunya tewas. Satu orang lain tewas dalam kecelakaan lalu lintas sebagai akibat langsung dari insiden tersebut.
Seorang pekerja kemanusiaan juga terluka dan saat ini sedang dirawat. Insiden ini adalah yang terbaru dari serangkaian insiden dengan target konvoi bantuan dan pekerja kemanusiaan.
Sebanyak 20 insiden kekerasan terhadap pekerja dan aset kemanusiaan terjadi selama Januari saja, meningkat lebih dari dua kali lipat daripada Januari 2022.
“Kelompok kemanusiaan takut akan serangan lanjutan yang menargetkan pekerja dan aset mereka. Tindakan kekerasan yang berulang ini mengganggu pengiriman bantuan dan harus diakhiri,” kata Malo.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Sudan Selatan umumkan wabah kolera baru
Baca juga: Presiden Sudan Selatan pecat Menlu Mayiik Ayii Deng
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023
Tags: