Ekonom: Penjaminan dana deposan di AS redam krisis keuangan global
21 Maret 2023 17:16 WIB
Tangkapan layar - Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah dalam OCBC NISP Business Forum di Jakarta, Selasa (21/3/2023). ANTARA/Sanya Dinda.
Jakarta (ANTARA) - Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah mengatakan langkah regulator Amerika Serikat yang menjamin dana seluruh deposan di bank-bank yang ditutup, meredam krisis keuangan di negara tersebut menjadi krisis keuangan sistemik global.
“Langkah regulator AS menjamin dana deposan itu menjadi modal untuk meredam gejolak sistem keuangan di Amerika Serikat yang bisa berdampak sistemik ke sektor keuangan global, dan kepada kita,” kata Piter dalam OCBC NISP Business Forum di Jakarta, Selasa.
Ia menyebutkan penutupan perbankan di Amerika Serikat disebabkan oleh penarikan dana dari bank secara bersamaan oleh nasabah atau disebut juga dengan rush.
Baca juga: LPS: Jatuhnya SVB dan Signature Bank tak timbulkan efek langsung ke RI
Adapun rush tersebut dipicu oleh kepercayaan nasabah yang berkurang lantaran keringnya likuiditas perbankan yang ditutup, salah satunya Silicon Valley Bank (SVB), akibat kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS yang tinggi.
“Sebagian besar dana deposan di SVB tidak dijamin sebetulnya, karena melewati batas limit penjaminan. Tapi regulator AS mengatakan menjamin semua dan deposan, artinya regulator di AS sangat mengantisipasi,” katanya.
Menurutnya, penutupan perbankan di AS tidak akan berdampak kepada sektor keuangan Indonesia dengan kondisi yang cukup kuat saat ini.
“Kalau kita bercermin dari kondisi krisis keuangan global di 2008 dan 2009, kondisi keuangan kita relatif cukup kuat karena setelah 1997 dan 1998, regulator kita membatasi sekali sektor keuangan untuk terekspos dengan global,” katanya.
Baca juga: Bank Jago: Penutupan SVB dorong bank diversifikasi penyaluran dana
Baca juga: Indef: Sektor riil menahan dampak penutupan SVB ke ekonomi Indonesia
“Langkah regulator AS menjamin dana deposan itu menjadi modal untuk meredam gejolak sistem keuangan di Amerika Serikat yang bisa berdampak sistemik ke sektor keuangan global, dan kepada kita,” kata Piter dalam OCBC NISP Business Forum di Jakarta, Selasa.
Ia menyebutkan penutupan perbankan di Amerika Serikat disebabkan oleh penarikan dana dari bank secara bersamaan oleh nasabah atau disebut juga dengan rush.
Baca juga: LPS: Jatuhnya SVB dan Signature Bank tak timbulkan efek langsung ke RI
Adapun rush tersebut dipicu oleh kepercayaan nasabah yang berkurang lantaran keringnya likuiditas perbankan yang ditutup, salah satunya Silicon Valley Bank (SVB), akibat kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS yang tinggi.
“Sebagian besar dana deposan di SVB tidak dijamin sebetulnya, karena melewati batas limit penjaminan. Tapi regulator AS mengatakan menjamin semua dan deposan, artinya regulator di AS sangat mengantisipasi,” katanya.
Menurutnya, penutupan perbankan di AS tidak akan berdampak kepada sektor keuangan Indonesia dengan kondisi yang cukup kuat saat ini.
“Kalau kita bercermin dari kondisi krisis keuangan global di 2008 dan 2009, kondisi keuangan kita relatif cukup kuat karena setelah 1997 dan 1998, regulator kita membatasi sekali sektor keuangan untuk terekspos dengan global,” katanya.
Baca juga: Bank Jago: Penutupan SVB dorong bank diversifikasi penyaluran dana
Baca juga: Indef: Sektor riil menahan dampak penutupan SVB ke ekonomi Indonesia
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023
Tags: