Yogyakarta (ANTARA) - Asosiasi Petani Sayur Kota Yogyakarta meluncurkan merek tunggal yang diberi nama "Djok Neh" untuk menaungi berbagai produk olahan hasil pertanian yang diproduksi kelompok tani di kota tersebut.

"Penggunaan merek tunggal ini merupakan kesepakatan petani yang tergabung dalam asosiasi. Tujuannya memudahkan pemasaran produk olahan hasil pertanian karena selama ini kendala yang dihadapi adalah pemasaran," kata Ketua Asosiasi Petani Sayur Kota Yogyakarta (APSKY) Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di sela peluncuran Djok Neh di Yogyakarta, Selasa.

Pada saat ini, sudah ada sudah ada dua produk olahan hasil pertanian yang memakai merek Djok Neh. Keduanya adalah minuman rempah, yaitu telang dan seroja pandan.

Kedua produk minuman tersebut juga sudah dilengkapi dengan berbagai sertifikasi yang dibutuhkan untuk memastikan keamanan pangan termasuk sertifikasi halal.

"Sebagai permulaan, kami memang fokus pada produk minuman rempah karena berbagai bahan rempah mudah ditemukan di Yogyakarta. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan untuk memproduksi produk olahan berupa makanan," katanya.

Baca juga: Asosiasi petani Yogyakarta kembangkan minuman rempah dan camilan

Baca juga: Menengok suasana panen salak di Yogyakarta


Menurut Heroe, pemilihan produk minuman rempah didasarkan pada permintaan pasar yang cukup tinggi, baik pasar di dalam negeri maupun pasar di luar negeri.

"Yang mengejutkan, permintaan pasar di luar negeri cukup tinggi, khususnya minuman rempah dalam bentuk bubuk atau instan. Makanya, kami pun bekerja sama dengan salah satu produsen untuk membuat minuman dalam bentuk bubuk,” katanya.

Saat ini, bahan baku untuk produk minuman rempah tersebut belum sepenuhnya mampu dipenuhi secara mandiri dari hasil petani sayur di Kota Yogyakarta.

Namun demikian, Heroe mengatakan akan mulai melakukan penataan terhadap kampung sayur yang ada di kota tersebut sehingga seluruh bahan baku minuman rempah dapat dipenuhi secara mandiri.

"Ada 276 kampung sayur di Yogyakarta. Nanti, akan ditata untuk jenis tanaman di tiap kampung sayur. Misalnya menanam sereh, telang, rosela, jahe, pandan, dan lainnya. Dengan demikian, bahan baku minuman rempah bisa dipenuhi secara mandiri," katanya.

Untuk saat ini, produk minuman Djok Neh sudah dapat diperoleh di berbagai toko jejaring di kota tersebut dengan harga sekitar Rp35.000 per boks berisi 10 kantong minuman.

"Kami pun berupaya bekerja sama dengan PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) agar hotel dan restoran memakai produk hasil petani Yogyakarta," katanya.

Sementara itu, nama Djok Neh memiliki arti ‘di jok meneh" atau dituang lagi yang merujuk pada aktivitas "wedhangan" atau menikmati minuman yang biasanya disajikan hangat.

Selain minuman, setiap kampung sayur di Kota Yogyakarta yang tergabung dalam asosiasi juga memiliki produk unggulan masing-masing. Hingga saat ini tercatat sekitar 70 produk, dengan 42 di antaranya sudah memiliki nomor PIRT, delapan bersertifikasi halal, dan empat produk mendapat sertifikasi BPOM.

"Pada tahun ini, kami ingin seluruh produk olahan pangan dari kampung sayur sudah mendapat PIRT dan sertifikasi halal," kata Heroe.

Sementara itu, Penjabat Wali Kota Yogyakarta Sumadi mengatakan berbagai produk olahan hasil pertanian yang diproduksi kelompok tani menunjukkan kreativitas masyarakat dan diharapkan mampu mendukung upaya ketahanan pangan serta pemenuhan gizi seimbang.

"Selain itu, produk olahan hasil pertanian ini juga akan mendukung peningkatan perekonomian masyarakat," katanya.

Baca juga: FSC luncurkan standar sertifikasi SPH Petani-Hutan di Yogyakarta

Baca juga: 70 persen petani Bantul-DIY manfaatkan agensia hayati kendalikan hama