Magelang (ANTARA) - Sebanyak 22 UMKM di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah turut memanfaatkan rangkaian pertemuan ASEAN Economic Ministers (AEM) yang berlangsung di Plataran Heritage Borobudur pada 20-22 Maret untuk memperluas pasar ekspor.

Salah satunya Titin pemilik usaha fesyen dengan motif batik khas Magelang sekaligus Ketua Klaster Batik Kabupaten Magelang. Ia mengaku tidak ada satupun dari 29 UMKM yang bergabung dalam kelompok tersebut yang telah berhasil melakukan ekspor. Padahal, sebelum pandemi COVID-19, batik dengan motif khas Magelang yakni stupa, mandala dan relief candi itu diminati oleh para turis mancanegara.

“Apalagi kita memang pengrajin batik ini penjualannya masih belum sebagus sebelum pandemi, kita di daerah wisata ini masih kurang apalagi saat ini pengunjung masih dibatasi. Harapan kita nanti bisa ekspor ke negara-negara seperti ASEAN sehingga meningkatkan penjualan kita,” ucapnya saat ditemui di area pelaksanaan ASEAN Economic Ministers, Plataran Barobudur, Magelang, Jawa Tengah, Senin.

Hal senada diungkapkan Elisa Anggraeni, pemilik minuman herbal bernama D’Liz. Usaha yang berdiri sejak 2018 dan melibatkan kelompok wanita tani itu pernah menjadi souvenir untuk G20. Namun, sejauh ini persentase ekspor baru sekitar 5 persen dan baru menyentuh pasar Jepang, Hongkong dan Malaysia.

Pengen banget (eskpor ke negara ASEAN). Event seperti ini efektif banget terus banyak dikenal. Orang yang datang biasanya berpengalaman jadi ngasih masukan ngasih advice, harusnya seperti ini ga boleh seperti ini, kita jadi tambah tahu,” ucap dia.

Begitu juga dengan Nafisa, pemilik UMKM di bidang kriya yang menjual kerajinan dari tanduk hewan dan kayu. Ia mengaku produk buatannya diminati oleh masyarakat di negara-negara Eropa, Amerika dan Yunani.

Namun, untuk pasar ASEAN produk dari bahan tanduk sapi dan kerbau belum terlalu diminati karena masyarakatnya lebih tertarik kepada produk khas Indonesia yang terbuat dari kayu seperti centong dan peralatan makan dan dapur lainnya.

Oleh karena itu, ia berharap AEM ini mampu menjadi ajang untuk mengenalkan produknya lebih luas lagi kepada delegasi yang berasal dari seluruh negara anggota ASEAN.

Merespons perluasan pasar terutama untuk ekspor, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djamitko Bris Witjaksono mengatakan seluruh negara-negara ASEAN sepakat untuk senantiasa mendukung dan mendorong perluasan pasar UMKM karena UMKM memainkan peran penting dalam perekonomian.

“Dalam berbagai perjanjian perdagangan, sektoral, regional, multilateral itu juga perhatian ke pelaku UMKM itu besar karena mereka sadar para pelaku ekonomi kecil dan menengah itu punya daya tahan yang relatif baik terhadap guncangan atau kondisi ekstrem,” ucapnya.

Ia mengungkapkan bahwa ASEAN, Kementerian Perdagangan maupun Kementerian Koperasi dan UKM hingga pemerintah daerah melalui dinas perdagangan maupun perindustrian menyediakan banyak sekali pelatihan dan pendampingan bagi para pelaku UMKM.

“Kalau skala UMKM, perumahan bisa ada istilahnya ageragator, eksportir, ya engga harus langsung, yang penting barangnya sampai, bisa diterima pasar, bisa masuk pasar. Mau yang jual sendiri atau lewat orang lain, ketika kalau mereka mampu ya silakan, kalau engga mereka mampu sama-sama,” jelasnya.