Rupiah merosot seiring pasar cermati kesehatan sektor perbankan
20 Maret 2023 15:51 WIB
Dokumentasi. Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww/pri.
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin merosot seiring pasar mencermati kesehatan sektor perbankan dan pasar finansial terkini setelah penutupan tiga bank di Amerika Serikat (AS).
Rupiah pada Senin ditutup menurun 15 poin atau 0,10 persen ke posisi Rp15.360 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.345 per dolar AS.
"Saat ini pasar akan menantikan rilis beberapa data dan kondisi terkini yang berkaitan dengan kesehatan sektor perbankan dan pasar finansial setelah penutupan tiga bank AS," kata analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Baca juga: Rupiah turun di tengah ekspektasi AS tidak agresif naikkan suku bunga
Tiga bank di AS yang ditutup tersebut adalah Silicon Valley Bank, Silvergate Bank, dan Signature Bank.
Reny mengatakan pasar juga akan menunggu dan mengamati hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) atau dewan kebijakan Federal Reserve AS Maret 2023 yang diperkirakan akan meningkatkan suku bunga acuan AS sebesar 25 basis poin menjadi ke kisaran 4,75-5 persen.
Sentimen pasar datang dari kebijakan Bank Sentral AS atau The Fed yang diperkirakan less hawkish atau tidak terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya tahun ini.
Hal itu sejalan dengan rilis data inflasi AS yang menurun menjadi enam persen pada Februari 2023, lebih rendah dari 6,4 persen pada Januari 2023, dan sesuai dengan ekspektasi pasar bahwa inflasi AS terus menurun secara bertahap.
Selain itu, tendensi pasar juga mendukung kenaikan Fed Funds Rate (FFR) tidak terlalu agresif pascapenutupan tiga bank di AS.
Dari domestik, perkembangan beberapa indikator ekonomi turut mendukung penguatan rupiah. Surplus neraca dagang tercatat sebesar 5,48 miliar dolar AS pada Februari 2023, lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 3,3 miliar dolar AS dan dari bulan Januari 2023 yang sebesar 3,88 miliar dolar AS.
Surplus tersebut didorong oleh ekspor yang masih naik sebesar 4,5 persen year on year sehingga mendukung penguatan rupiah.
Dari hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) Maret 2023 pekan lalu, sesuai ekspektasi BI masih mempertahankan suku bunga acuannya atau BI7DRRR sebesar 5,75 persen.
BI saat ini akan lebih menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi sehingga belum ada alasan yang kuat untuk menaikkan kembali suku bunga pada tahun ini.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp15.375 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.359 per dolar AS hingga Rp15.384 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat tergelincir ke posisi Rp15.372 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp15.364 per dolar AS.
Baca juga: BI terus kawal stabilisasi moneter capai target Indonesia Maju 2045
Rupiah pada Senin ditutup menurun 15 poin atau 0,10 persen ke posisi Rp15.360 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.345 per dolar AS.
"Saat ini pasar akan menantikan rilis beberapa data dan kondisi terkini yang berkaitan dengan kesehatan sektor perbankan dan pasar finansial setelah penutupan tiga bank AS," kata analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Baca juga: Rupiah turun di tengah ekspektasi AS tidak agresif naikkan suku bunga
Tiga bank di AS yang ditutup tersebut adalah Silicon Valley Bank, Silvergate Bank, dan Signature Bank.
Reny mengatakan pasar juga akan menunggu dan mengamati hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) atau dewan kebijakan Federal Reserve AS Maret 2023 yang diperkirakan akan meningkatkan suku bunga acuan AS sebesar 25 basis poin menjadi ke kisaran 4,75-5 persen.
Sentimen pasar datang dari kebijakan Bank Sentral AS atau The Fed yang diperkirakan less hawkish atau tidak terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya tahun ini.
Hal itu sejalan dengan rilis data inflasi AS yang menurun menjadi enam persen pada Februari 2023, lebih rendah dari 6,4 persen pada Januari 2023, dan sesuai dengan ekspektasi pasar bahwa inflasi AS terus menurun secara bertahap.
Selain itu, tendensi pasar juga mendukung kenaikan Fed Funds Rate (FFR) tidak terlalu agresif pascapenutupan tiga bank di AS.
Dari domestik, perkembangan beberapa indikator ekonomi turut mendukung penguatan rupiah. Surplus neraca dagang tercatat sebesar 5,48 miliar dolar AS pada Februari 2023, lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 3,3 miliar dolar AS dan dari bulan Januari 2023 yang sebesar 3,88 miliar dolar AS.
Surplus tersebut didorong oleh ekspor yang masih naik sebesar 4,5 persen year on year sehingga mendukung penguatan rupiah.
Dari hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) Maret 2023 pekan lalu, sesuai ekspektasi BI masih mempertahankan suku bunga acuannya atau BI7DRRR sebesar 5,75 persen.
BI saat ini akan lebih menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi sehingga belum ada alasan yang kuat untuk menaikkan kembali suku bunga pada tahun ini.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp15.375 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.359 per dolar AS hingga Rp15.384 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat tergelincir ke posisi Rp15.372 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp15.364 per dolar AS.
Baca juga: BI terus kawal stabilisasi moneter capai target Indonesia Maju 2045
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023
Tags: