Jakarta (ANTARA) - Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida S Budiman mengatakan Bank Indonesia akan terus mengawal stabilisasi moneter dan pertumbuhan ekonomi, yang berkelanjutan agar Indonesia bisa menjadi negara maju pada 2045.

Saat ini, Indonesia masih menghadapi tantangan utama berupa kondisi ketidakpastian ekonomi global baik dari siklus normalisasi kebijakan moneter negara maju, konflik geopolitik antara Rusia dengan Ukraina, dan penutupan tiga bank di Amerika Serikat.

"Bank Indonesia akan menerapkan KIS, yakni konsisten, inovatif, dan sinergi. Kami akan konsisten mengawal stabilisasi moneter sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, berinovasi, dan bersinergi," katanya dalam acara Semarak Rupiah Ramadhan dan Berkah Idul Fitri 2023 di Jakarta, Senin.

Bank Indonesia juga akan menjaga nilai rupiah agar masyarakat mau bertransaksi dan menjadikan rupiah sebagai alat investasi, antara lain melalui pengelolaan uang rupiah (PUR).

"PUR berperan memastikan ketersediaan uang yang layak edar di Indonesia, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan jumlah cukup dan pecahan yang sesuai," katanya.

Pengelolaan uang rupiah memiliki tiga kerangka kerja yang terus dijalani Bank Indonesia, yakni memastikan ketersediaan uang rupiah yang berkualitas, menyediakan sistem distribusi uang yang efisien dengan layanan kas yang prima, dan menyediakan infrastruktur uang rupiah.

Bank Indonesia juga berencana membuat proyek sentralisasi dan digitalisasi pengelolaan uang rupiah pada pertengahan 2025.

"Salah satu landmark yang cukup besar saat mengelola uang rupiah akan terjadi pada pertengahan 2025 di mana nanti akan terjadi proyek sentralisasi dan digitalisasi pengelolaan uang rupiah yang akan mengubah ketiga kerangka kerja tadi," katanya.

Baca juga: BI: Akselerasi digitalisasi pembayaran majukan ekonomi pada 2023-2028
Baca juga: BI tarik devisa hasil ekspor 173 juta dolar AS dalam dua pekan
Baca juga: BI sebut peserta BI-FAST bertambah 16 bank dan lembaga nonbank