Dia mengatakan pada dasarnya kritik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tugas seorang pemimpin daerah sebagai pejabat publik.
Sukri mengatakan hal itu guna menanggapi kegaduhan mengenai pemecatan yang dialami guru tidak tetap di SMK Telkom Sekar Kemuning, Cirebon, Jawa Barat, Muhammad Sabil Fadhilah usai mengkritik Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di kolom komentar salah satu unggahan dalam akun Instagram pribadi Ridwan Kamil.
Baca juga: SMK Telkom Cirebon bakal terima kembali guru pengkritik Gubernur Jabar
Sukri memahami bahwa sebagai pribadi Ridwan Kamil memang bisa tersinggung ketika dikritik. Akan tetapi, menurut dia, Ridwan Kamil tetap harus bijaksana meskipun dia tersinggung atau marah.
Saat dikritik, Sukri menilai Ridwan Kamil seharusnya cukup memberi penjelasan di media yang sama.
Berikutnya, Sukri menilai kritik dari Muhammad Sabil juga harus dilihat secara jernih atau didalami lebih lanjut.
“Harus dilihat apakah Ridwan Kamil memakai atribut partai politik atau hanya warna yang mirip. Jika menggunakan atribut partai, apakah itu merupakan suatu kesengajaan atau tidak. Itu semua harus dilihat secara jernih,” ujarnya.
Sebelumnya, Ridwan Kamil menegaskan dirinya bukan sosok pemimpin yang anti terhadap kritik dari pihak luar, termasuk kritikan dari Muhammad Sabil.
Ia mengaku setiap kritikan atau pertanyaan dari pihak luar yang ditujukan kepada dirinya di jagat maya selalu dibalas berdasarkan kritik atau pertanyaan tersebut.
Baca juga: Ombudsman: Ada "abuse of power" pemecatan guru kritik Ridwan Kamil
Baca juga: Guru SMK di Cirebon diberhentikan setelah komentari IG Gubernur Jabar