Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri, Hassan Wirajuda, mengatakan bahwa hingga kini ada sekira 100 Warga Negara Indonesia (WNI) di Dili, Timor Timur, siap untuk diungsikan menyusul konflik yang memanas di kota tersebut. "Yang lapor hanya sebagian kecil. Sejumlah 100 orang yang sampai tadi malam kita nilai standby kalau dalam keadaan menghendaki untuk dievakuasi," katanya, sebelum mengikuti pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Menlu Palestina, Mahmud al-Zahar, di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat. Menurut dia, jumlah tersebut 50 orang berada di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), dan 50 orang lagi di asrama Susteran yang berada di bawah koordinasi KBRI. Ia menjelaskan, pemerintah sudah menyiapkan sejumlah alat transportasi, seperti pesawat Hercules dan kapal laut untuk mengevakuasi WNI, jika situasi di kota itu semakin memburuk. "Presiden sudah minta Panglima TNI siapkan satu pesawat Hercules di Kupang dan Makassar. Juga kapal-kapal di perairan barat, sehingga kalau dibutuhkan bisa segera melakukan evakuasi," katanya. Namun, Hassan mengharapkan, dengan hadirnya bantuan dari pasukan asing dari sejumlah negara, seperti Australia, Malaysia, Portugal dan Selandia Baru, maka keamanan di kota itu kembali pulih, sehingga tidak perlu ada evakuasi. Menurut Hassan, jumlah WNI yang ada di Timor Timur sekira 3.000 orang, namun yang ada di Dili hanya separuhnya. Mengenai penutupan perbatasan dengan Timor Leste, Hassan mengatakan, hal itu dilakukan sementara waktu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. "Kita mengawatirkan keselamatan warga kita jika ke sana dalam situasi seperti ini. Kita juga mencegah masuknya elemen masyarakat ke sana, agar tidak ada tuduhan apapun terhadap kita terkait konflik di Dili," katanya. Konflik di Dili terjadi setelah sekira 600 tentara yang dipecat pada Maret 2006 melakukan penyerangan di sejumlah kota di Timor Timur, terutama di Dili yang mengakibatkan jatuhnya korban. Perdana Menteri Timor Timur, Mari Alkatiri, sudah meminta bantuan pasukan dari Australia, Malaysia, Portugal dan Selandia Baru untuk mengamankan situasi. Sekira 1.300 tentara asing dari empat negara itu diperkirakan akan segera masuk ke negara termuda di dunia itu. Timor Timur adalah wilayah jajahan Portugis selama lima abad yang ditinggalkan begitu saja pada 1975, dan setahun kemudian rakyatnya berintegrasi dengan RI untuk menjadi provinsi ke-27. Namun, mayoritas rakyat Timor Timur dalam jajak pendapat di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1999 memilih memisahkan diri dari RI, dan merdeka pada 2002. (*)