Kampanye Sadar Wisata 5.0 diyakini bisa kembangkan potensi desa wisata
16 Maret 2023 16:17 WIB
Sebanyak 11 desa wisata di Lombok yang menjadi sasaran Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 pada tahun 2022 lalu, mengikuti Biannual Tourism Forum yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 14-15 Maret 2023. (ANTARA/HO/Kemenparekraf)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Florida Pardosi mengatakan bahwa melalui program Kampanye Sadar Wisata 5.0, mereka merasa optimistis warga mampu mengembangkan potensi desa wisata.
"Melalui program Kampanye Sadar Wisata 5.0 kami optimis warga mampu mengembangkan potensi desa wisata," kata Florida saat menghadiri kegiatan Biannual Tourism Forum (BTF) di Lombok, sebagaimana tertulis dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis.
Program tersebut, kata Florida, dapat melahirkan agen perubahan yang akan menjaga keberlanjutan pengembangan pariwisata di desa serta kelembagaan desa yang dibutuhkan untuk melakukan pengawalan. Pengembangan desa wisata sangat memerlukan kolaborasi seluruh unsur pentahelix (pemangku kepentingan mencakup akademisi, komunitas, bisnis, pemerintah dan media) dalam ekosistem tersebut.
"Kami butuh kita sama-sama bekerja supaya bisa membantu menjadikan desa wisata sebagai destinasi yang bisa ditawarkan Indonesia," kata Florida.
Baca juga: Sandi ingin ada peningkatan kualitas SDM pariwisata era "society 5.0"
BTF diadakan sebagai forum yang mempertemukan penggerak desa wisata dengan para pemangku kepentingan. Pada kegiatan yang berlangsung pada 14-15 Maret 2023, 11 desa wisata di Lombok yang menjadi sasaran Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 pada tahun 2022 memaparkan program pengembangan wisata yang akan mereka laksanakan.
Desa-desa tersebut, yang berasal dari Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan Lombok Barat, telah melewati tahapan sosialisasi, pelatihan, serta pembuatan proposal. Kini, mereka bersiap memasuki tahap berikutnya, yakni pendampingan.
Perwakilan Desa Sekotong Barat, Lombok Barat, Yani Aji Sujana, memaparkan bahwa warga dan pelaku pariwisata bertekad menjalin kerja sama, diantaranya untuk mendorong agar emas, perak, dan mutiara yang dihasilkan desa tersebut lebih memiliki nilai jual.
"Untuk daya tarik agar wisata datang, ada sport diving dan snorkeling di tiga gili (pulau). Selain itu, kami akan mengembangkan UMKM oleh-oleh khas dari limbah kulit kerang. Yang paling unik, terdapat daya tarik wisata yang dikemas dengan pendekatan story telling (bercerita) yang dapat dijual sebagai penutup paket wisata ketiga gili tersebut,” kata Yani.
Baca juga: Desa wisata penyangga TNBTS dan komitmen sadar wisata
Malik Abdul Aziz dari Desa Kuta Mandalika, Lombok Tengah, menyampaikan pihaknya akan mengoptimalisasi pemasaran digital sebagai sarana promosi wisata.
“Untuk jangka panjang, yaitu Kampoeng Nelayan di Pantai Benjon dengan pasir menyerupai merica dan pepohonan di tepi pantai sebagai unique selling point (faktor yang unik dan menjual). Tentu kami akan menggandeng para agen perjalanan di sana,” kata Malik menjelaskan.
Safri Mutahid dari Desa Gili Indah, Lombok Utara, mengatakan masyarakat mencetuskan konsep ekowisata berwawasan lingkungan berbasis masyarakat berupa aktivitas yang dipadupadankan dengan edukasi.
"Seperti di sekolah menyelam, akan kami masukkan nilai-nilai tentang ekosistem, jadi, ada tambahan pengetahuan. Kami ajak tamu untuk mencintai ekosistem dengan mengenalnya,” ucap Safri.
Dari Lombok Timur, perwakilan Desa Jerowaru Lukman Nurhakim memaparkan potensi wisata Bale Mangrove, mulai dari penanaman hingga galeri pembibitan dan pengolahan mangrove menjadi kopi.
"Diadakan juga Festival Bale Mangrove setiap tahun yang dikemas dengan nilai-nilai edukasi, karena fokus kita bukan pada profit melainkan bagaimana menjaga hutan mangrove,” ujar Lukman
Lukman menambahkan mereka berkolaborasi dengan desa-desa sekitar untuk menyusun paket wisata.
Baca juga: Kemenparekraf gelar Kampanye Sadar Wisata 5.0 di Magelang
Pada kesempatan terpisah, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf Martini M. Paham mengajak desa-desa yang terpilih itu untuk memanfaatkan kesempatan dengan baik sehingga program menjadi tepat sasaran dan tepat manfaat guna membangkitkan kembali pariwisata yang sempat terpuruk karena pandemi COVID-19.
"Kita harus bangkit bersama, lebih cepat, lebih kuat dengan mengedepankan adaptasi, inovasi dan kolaborasi,” tutur Martini.
Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 diselenggarakan dalam Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan (P3TB) di enam Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) di Indonesia, meliputi Danau Toba, Borobudur Yogyakarta Prambanan, Bromo Tengger Semeru, Lombok, Labuan Bajo dan Wakatobi.
Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 memiliki enam kegiatan, yaitu dari sosialisasi sadar wisata, pelatihan, penyusunan proposal, pendampingan, penilaian dan apresiasi bagi pelaku wisata.
Baca juga: Kemenparekraf tekankan urgensi penerapan CHSE di destinasi wisata
Baca juga: Kolaborasi kunci pengembangan kewirausahaan desa wisata
"Melalui program Kampanye Sadar Wisata 5.0 kami optimis warga mampu mengembangkan potensi desa wisata," kata Florida saat menghadiri kegiatan Biannual Tourism Forum (BTF) di Lombok, sebagaimana tertulis dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis.
Program tersebut, kata Florida, dapat melahirkan agen perubahan yang akan menjaga keberlanjutan pengembangan pariwisata di desa serta kelembagaan desa yang dibutuhkan untuk melakukan pengawalan. Pengembangan desa wisata sangat memerlukan kolaborasi seluruh unsur pentahelix (pemangku kepentingan mencakup akademisi, komunitas, bisnis, pemerintah dan media) dalam ekosistem tersebut.
"Kami butuh kita sama-sama bekerja supaya bisa membantu menjadikan desa wisata sebagai destinasi yang bisa ditawarkan Indonesia," kata Florida.
Baca juga: Sandi ingin ada peningkatan kualitas SDM pariwisata era "society 5.0"
BTF diadakan sebagai forum yang mempertemukan penggerak desa wisata dengan para pemangku kepentingan. Pada kegiatan yang berlangsung pada 14-15 Maret 2023, 11 desa wisata di Lombok yang menjadi sasaran Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 pada tahun 2022 memaparkan program pengembangan wisata yang akan mereka laksanakan.
Desa-desa tersebut, yang berasal dari Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan Lombok Barat, telah melewati tahapan sosialisasi, pelatihan, serta pembuatan proposal. Kini, mereka bersiap memasuki tahap berikutnya, yakni pendampingan.
Perwakilan Desa Sekotong Barat, Lombok Barat, Yani Aji Sujana, memaparkan bahwa warga dan pelaku pariwisata bertekad menjalin kerja sama, diantaranya untuk mendorong agar emas, perak, dan mutiara yang dihasilkan desa tersebut lebih memiliki nilai jual.
"Untuk daya tarik agar wisata datang, ada sport diving dan snorkeling di tiga gili (pulau). Selain itu, kami akan mengembangkan UMKM oleh-oleh khas dari limbah kulit kerang. Yang paling unik, terdapat daya tarik wisata yang dikemas dengan pendekatan story telling (bercerita) yang dapat dijual sebagai penutup paket wisata ketiga gili tersebut,” kata Yani.
Baca juga: Desa wisata penyangga TNBTS dan komitmen sadar wisata
Malik Abdul Aziz dari Desa Kuta Mandalika, Lombok Tengah, menyampaikan pihaknya akan mengoptimalisasi pemasaran digital sebagai sarana promosi wisata.
“Untuk jangka panjang, yaitu Kampoeng Nelayan di Pantai Benjon dengan pasir menyerupai merica dan pepohonan di tepi pantai sebagai unique selling point (faktor yang unik dan menjual). Tentu kami akan menggandeng para agen perjalanan di sana,” kata Malik menjelaskan.
Safri Mutahid dari Desa Gili Indah, Lombok Utara, mengatakan masyarakat mencetuskan konsep ekowisata berwawasan lingkungan berbasis masyarakat berupa aktivitas yang dipadupadankan dengan edukasi.
"Seperti di sekolah menyelam, akan kami masukkan nilai-nilai tentang ekosistem, jadi, ada tambahan pengetahuan. Kami ajak tamu untuk mencintai ekosistem dengan mengenalnya,” ucap Safri.
Dari Lombok Timur, perwakilan Desa Jerowaru Lukman Nurhakim memaparkan potensi wisata Bale Mangrove, mulai dari penanaman hingga galeri pembibitan dan pengolahan mangrove menjadi kopi.
"Diadakan juga Festival Bale Mangrove setiap tahun yang dikemas dengan nilai-nilai edukasi, karena fokus kita bukan pada profit melainkan bagaimana menjaga hutan mangrove,” ujar Lukman
Lukman menambahkan mereka berkolaborasi dengan desa-desa sekitar untuk menyusun paket wisata.
Baca juga: Kemenparekraf gelar Kampanye Sadar Wisata 5.0 di Magelang
Pada kesempatan terpisah, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf Martini M. Paham mengajak desa-desa yang terpilih itu untuk memanfaatkan kesempatan dengan baik sehingga program menjadi tepat sasaran dan tepat manfaat guna membangkitkan kembali pariwisata yang sempat terpuruk karena pandemi COVID-19.
"Kita harus bangkit bersama, lebih cepat, lebih kuat dengan mengedepankan adaptasi, inovasi dan kolaborasi,” tutur Martini.
Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 diselenggarakan dalam Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan (P3TB) di enam Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) di Indonesia, meliputi Danau Toba, Borobudur Yogyakarta Prambanan, Bromo Tengger Semeru, Lombok, Labuan Bajo dan Wakatobi.
Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 memiliki enam kegiatan, yaitu dari sosialisasi sadar wisata, pelatihan, penyusunan proposal, pendampingan, penilaian dan apresiasi bagi pelaku wisata.
Baca juga: Kemenparekraf tekankan urgensi penerapan CHSE di destinasi wisata
Baca juga: Kolaborasi kunci pengembangan kewirausahaan desa wisata
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023
Tags: