Pegiat FMMH Lilik Rudiyanto saat dihubungi di Yogyakarta, Rabu, mengatakan agenda penanaman bibit pohon dalam waktu dekat akan dilakukan di zona aman terlebih dahulu.
"Kita penanaman di zona aman dulu, nanti kalau Merapi sudah kondusif baru kita agendakan penanaman di daerah terdampak erupsi yang kemarin," ujar dia.
Rudy menuturkan setelah erupsi besar Merapi 2010, FMMH terus berupaya memulihkan keseimbangan alam di lereng Merapi dengan menggencarkan penanaman ribuan tanaman secara berkala.
Rentetan awan panas guguran yang keluar dari Gunung Merapi sejak Sabtu (11/3) sejauh maksimal 3,7 kilometer ke arah barat daya tidak membuat komunitas itu menunda program penghijauan.
Baca juga: Penghijauan lereng Merapi sejak erupsi sudah 90 hektare
Pada Minggu (12/3), komunitas itu tetap menggelar program penanaman bibit pohon di bantaran Sungai Tringsing, Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dengan tema "Bakti Masyarakat 2023: Nandur Sukma Kang Tuwuh".
Meski saat itu awan panas guguran masih keluar dari Gunung Merapi, sebanyak 3.000 bibit pohon terdiri atas beringin, pule, durian, hingga alpukat ditanam di lokasi yang berjarak sekitar 9 kilometer dari puncak Merapi.
Menurut dia, wilayah itu masih di luar zona yang direkomendasikan untuk dikosongkan sehingga penanaman tetap dilanjutkan.
Sebagian anggota FMMH, kata dia, pernah terlibat dalam forum pengurangan risiko bencana (FPRB) sehingga telah memahami risiko terkait erupsi Merapi.
"Penanaman tetap dilakukan dengan penuh pertimbangan. Misal di zona bahaya ya kita tidak mau melanggar, kan masih banyak lahan di luar zona bahaya yang bisa kita tanami," kata dia.
Baca juga: Taman Nasional Merapi hijaukan lahan bekas kebakaran
Menurut Rudy, FMMH berencana melakukan penghijauan termasuk di lahan terdampak erupsi pekan lalu meski saat ini baru dalam tahap penyiapan bibit.
"Nanti diusahakan ada bibit untuk ditanam di daerah-daerah yang terkena dampak erupsi Merapi, tapi enggak harus besok, kita persiapan dulu. Nanti kalau Merapi sudah tenang," kata dia.
Penanaman bibit pohon, kata dia, akan terus dilanjutkan hingga keseimbangan ekosistem alam di Gunung Merapi kembali seperti semula.
"Yang penting kita berbuat insyaAllah satu atau dua pohon bisa tumbuh sehingga bisa mengembalikan eksosistem entah hewan-hewan atau yang lain," kata dia.
Pascaerupsi besar pada 2010, menurut dia, perubahan ekosistem alam di lereng Merapi amat terasa. Mulai dari jumlah sumber mata air yang berkurang, hingga gangguan terhadap habitat satwa liar.
"Dulu di Cangkringan masih banyak kucing hutan, apalagi burung. Kalau burung sangat terasa sekali entah karena erupsi atau diburu, tapi kalau burung besar seperti elang memang sudah jarang berbeda dengan sebelum erupsi 2010," kata dia.
Baca juga: Penghijauan Kawasan Merapi Terbantu Turunnya Hujan