Korsel: Kerja sama dengan Jepang penting untuk hadapi Korut
15 Maret 2023 11:14 WIB
Arsip foto - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol berjalan menuju lokasi KTT G20 Indonesia 2022 di Nusa Dua, Bali (15/11/2022). ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Akbar Nugroho Gumay/aww.
Seoul (ANTARA) - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada Rabu menegaskan bahwa kerja sama dengan Jepang sangat penting untuk menghadapi meningkatnya ancaman dari Korea Utara sekaligus menjaga rantai pasokan dunia.
Dia juga menyerukan agar kedua negara bisa menjaga kondisi politik dalam negeri.
Yoon menyampaikan pernyataan tersebut melalui wawancara tertulis dengan media internasional, termasuk Reuters, menjelang keberangkatan ke Tokyo pada Kamis untuk bertemu Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.
Kunjungan pertama Presiden Korsel dalam 12 tahun itu dilakukan setelah Korsel minggu lalu mengumumkan bahwa perusahaan-perusahaan mereka akan membayar kompensasi kepada korban kerja paksa era penjajahan Jepang pada 1910-1945.
"Ada kebutuhan yang meningkat bagi Korea dan Jepang untuk bekerja sama pada masa multikrisis saat ini, di tengah ancaman nuklir dan senjata rudal Korea Utara dan gangguan rantai pasokan dunia," kata Yoon.
"Kita tidak bisa membuang waktu dengan membiarkan hubungan Korea-Jepang berlangsung tegang."
Sebagian korban kerja paksa di masa kolonial Jepang menolak rencana kompensasi dari pemerintah. Kondisi itu bisa mengganggu upaya Seoul untuk mengakhiri ketegangan hubungan diplomatik dengan Tokyo.
Namun, Yoon juga mengingatkan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat bagi rakyat kedua negara untuk "melihat ke depan, bukan masa lalu".
Dia menambahkan bahwa Jepang telah menyampaikan penyesalan mendalam atas sejarah pahit di masa lalu.
Kunjungan Yoon ke Jepang dilakukan tidak lama setelah Korut menembakkan dua rudal jarak menengah ke lepas pantai timur Korea pada Selasa dalam uji coba terbaru setelah pemimpin Korut Kim Jong Un memerintahkan agar Korut meningkatkan kemampuan militernya.
"Untuk mencegah ancaman nuklir dan rudal Korea Utara yang lebih canggih, kita harus memperkuat kerja sama keamanan Korsel-AS-Jepang," kata Yoon.
Dia menambahkan dirinya berharap agar kerja sama intelijen dengan Jepang, yang dikenal dengan GSMOMIA, bisa digiatkan kembali sebagai upaya meningkatkan kepercayaan di antara kedua negara.
Sumber: Reuters
Baca juga: Penyintas kerja paksa Jepang tolak rencana ganti rugi usulan Korsel
Baca juga: Presiden Korsel bertemu PM Jepang pekan depan
Dia juga menyerukan agar kedua negara bisa menjaga kondisi politik dalam negeri.
Yoon menyampaikan pernyataan tersebut melalui wawancara tertulis dengan media internasional, termasuk Reuters, menjelang keberangkatan ke Tokyo pada Kamis untuk bertemu Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.
Kunjungan pertama Presiden Korsel dalam 12 tahun itu dilakukan setelah Korsel minggu lalu mengumumkan bahwa perusahaan-perusahaan mereka akan membayar kompensasi kepada korban kerja paksa era penjajahan Jepang pada 1910-1945.
"Ada kebutuhan yang meningkat bagi Korea dan Jepang untuk bekerja sama pada masa multikrisis saat ini, di tengah ancaman nuklir dan senjata rudal Korea Utara dan gangguan rantai pasokan dunia," kata Yoon.
"Kita tidak bisa membuang waktu dengan membiarkan hubungan Korea-Jepang berlangsung tegang."
Sebagian korban kerja paksa di masa kolonial Jepang menolak rencana kompensasi dari pemerintah. Kondisi itu bisa mengganggu upaya Seoul untuk mengakhiri ketegangan hubungan diplomatik dengan Tokyo.
Namun, Yoon juga mengingatkan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat bagi rakyat kedua negara untuk "melihat ke depan, bukan masa lalu".
Dia menambahkan bahwa Jepang telah menyampaikan penyesalan mendalam atas sejarah pahit di masa lalu.
Kunjungan Yoon ke Jepang dilakukan tidak lama setelah Korut menembakkan dua rudal jarak menengah ke lepas pantai timur Korea pada Selasa dalam uji coba terbaru setelah pemimpin Korut Kim Jong Un memerintahkan agar Korut meningkatkan kemampuan militernya.
"Untuk mencegah ancaman nuklir dan rudal Korea Utara yang lebih canggih, kita harus memperkuat kerja sama keamanan Korsel-AS-Jepang," kata Yoon.
Dia menambahkan dirinya berharap agar kerja sama intelijen dengan Jepang, yang dikenal dengan GSMOMIA, bisa digiatkan kembali sebagai upaya meningkatkan kepercayaan di antara kedua negara.
Sumber: Reuters
Baca juga: Penyintas kerja paksa Jepang tolak rencana ganti rugi usulan Korsel
Baca juga: Presiden Korsel bertemu PM Jepang pekan depan
Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023
Tags: