Denpasar (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono menargetkan pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan di Jembrana, Bali, rampung pada 2024.

Jika proyek revitalisasi itu rampung, kata dia, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan bakal menjadi sentra industri perikanan terbesar di Zona 4 Penangkapan Ikan Terukur (PIT), yang wilayahnya membentang dari Kupang, perairan selatan Jawa, sampai Banda Aceh.

“Targetnya tahun depan (2024) rampung,” kata Sakti Wahyu Trenggono saat ditemui di sela-sela kegiatannya di Jimbaran, Badung, Bali, Selasa.

Oleh karena itu, ia berharap pinjaman dari Islamic Development Bank (IDB) yang direncanakan untuk membiayai revitalisasi Pelabuhan Pengambengan cepat cair sehingga pembangunan konstruksi fisik dapat segera dimulai.

“Saya berharap Pengambengan dibiayai pinjaman luar negeri melalui Islamic Development Bank, karena agreement-nya itu sudah, mudah-mudahan tahun ini selesai,” kata dia.

Baca juga: Menteri KP: Jembrana bakal punya pelabuhan perikanan internasional

Nilai revitalisasi Pelabuhan Pengambengan di Jembrana sebesar Rp900 miliar. Proses revitalisasi pelabuhan telah berjalan tahun lalu, tetapi konstruksi fisik dijadwalkan mulai pada pertengahan 2023.

Pengembangan Pelabuhan Pengambengan di antaranya mencakup perluasan kawasan yang mulanya 13,5 hektare menjadi 60 hektare, kemudian kolam labuh juga diperluas menjadi 72,5 hektare sehingga mampu menampung 1.500 kapal.

Sebelumnya, saat meninjau PPN Pengambengan, Jembrana, Bali, pada 23 Januari 2023, Sakti Wahyu Trenggono mengatakan volume tangkapan ikan yang sandar di pelabuhan ini juga akan bertambah dari 12.000 ton menjadi sekitar 80.000 ton, dengan nilai produksi mencapai Rp3 triliun lebih setiap tahun.

Baca juga: Akselerasi penangkapan ikan terukur, KKP optimalkan peran pelabuhan perikanan

Dia menjelaskan Pelabuhan Pengambengan memang telah direncanakan menjadi pusat industri perikanan, selain karena posisinya yang strategis berdekatan dengan Surabaya dan Laut Banda, juga karena Pelabuhan Benoa telah difungsikan menjadi pelabuhan umum.

"Di Benoa kan sudah tidak ada, karena di sana sudah digunakan untuk pelabuhan umum, ya di sini untuk wilayah 573 itu potensinya sangat besar, ada tuna ada ikan lemuru ada ikan-ikan pelagis yang lain, dan di sini sangat dekat dengan Surabaya dan Laut Banda juga," katanya.

Ia menegaskan jika revitalisasi itu rampung dan Pelabuhan Pengambengan menjadi pelabuhan bertaraf internasional, nelayan tradisional tetap menjadi tuan rumah mengingat mereka mendapat 35 persen kuota penangkapan ikan.

Baca juga: Trenggono pastikan kebijakan ekonomi biru utamakan kepentingan rakyat

"Setelah pelabuhan ini menjadi pelabuhan perikanan internasional, nelayan tradisional justru akan menjadi tuan rumah di wilayahnya, karena hak 35 persen paling tidak kuotanya itu harus untuk nelayan-nelayan tradisional. Inilah kesempatan menyejahterakan nelayan tradisional atau nelayan (dengan kapal) 10 GT (gross tonnage) ke bawah," kata dia.