Ekonom sebut neraca dagang surplus 3,20 miliar dolar AS di Februari
13 Maret 2023 21:23 WIB
Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat peti kemas di kawasan Pelabuhan Pelindo II, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/11/2022). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) neraca dagang Indonesia di Oktober 2022 masih surplus untuk ke-30 kalinya setiap bulan, di mana nilai ekspor Oktober 2022 sebesar USD 24,81 miliar naik 0,13 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan secara year on year ekspor naik 12,30 persen dibandingkan Oktober 2021. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan neraca dagang akan mengalami surplus 3,20 miliar dolar AS pada Februari 2023 atau menurun dibandingkan surplus pada Januari 2023 yang sebesar 3,87 miliar dolar AS.
"Kami memperkirakan surplus perdagangan Indonesia akan terus menyempit menjadi 3,20 miliar dolar AS pada Februari 2023 di tengah melemahnya harga komoditas," katanya dalam keterangan resmi, Senin.
Pertumbuhan ekspor diperkirakan akan mengalami pelemahan menjadi 3,51 persen secara tahunan dari sebelumnya 16,37 persen di Januari 2023 karena penurunan harga komoditas dan larangan ekspor batubara.
Sementara itu, impor diperkirakan bertumbuh hingga 8,11 persen secara tahunan atau lebih tinggi dari pertumbuhan di Januari 2023 yang sebesar 1,27 persen.
"Pertumbuhan impor diperkirakan akan menguat karena perusahaan mulai mempersiapkan perayaan Ramadhan. PMI Manufaktur juga tetap berada di wilayah ekspansif," katanya.
Ia memperkirakan neraca transaksi berjalan pada 2023 akan berubah menjadi defisit yang masih dapat terkelola yakni sekitar minus 1,10 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2023.
"Pertumbuhan ekspor cenderung melambat karena harga komoditas yang menurun, didorong oleh permintaan global yang lesu di tengah tingginya inflasi dan berlanjutnya kenaikan suku bunga kebijakan," katanya.
Surplus perdagangan diproyeksikan menyusut, tetapi bisa bertahan lebih lama dari yang diantisipasi, karena harga komoditas akan menurun secara bertahap berkat pembukaan kembali ekonomi China dan kondisi Eropa yang lebih baik dari perkiraan.
"Pertumbuhan impor bisa lebih kuat karena permintaan domestik cenderung terus menguat, menyusul pencabutan PPKM pada akhir 2022 dan keputusan untuk melanjutkan Proyek Strategis Nasional. Namun, pertumbuhan impor terlihat melemah dari pertumbuhan tahun lalu karena harga minyak yang lebih rendah," katanya.
"Kami memperkirakan surplus perdagangan Indonesia akan terus menyempit menjadi 3,20 miliar dolar AS pada Februari 2023 di tengah melemahnya harga komoditas," katanya dalam keterangan resmi, Senin.
Pertumbuhan ekspor diperkirakan akan mengalami pelemahan menjadi 3,51 persen secara tahunan dari sebelumnya 16,37 persen di Januari 2023 karena penurunan harga komoditas dan larangan ekspor batubara.
Sementara itu, impor diperkirakan bertumbuh hingga 8,11 persen secara tahunan atau lebih tinggi dari pertumbuhan di Januari 2023 yang sebesar 1,27 persen.
"Pertumbuhan impor diperkirakan akan menguat karena perusahaan mulai mempersiapkan perayaan Ramadhan. PMI Manufaktur juga tetap berada di wilayah ekspansif," katanya.
Ia memperkirakan neraca transaksi berjalan pada 2023 akan berubah menjadi defisit yang masih dapat terkelola yakni sekitar minus 1,10 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2023.
"Pertumbuhan ekspor cenderung melambat karena harga komoditas yang menurun, didorong oleh permintaan global yang lesu di tengah tingginya inflasi dan berlanjutnya kenaikan suku bunga kebijakan," katanya.
Surplus perdagangan diproyeksikan menyusut, tetapi bisa bertahan lebih lama dari yang diantisipasi, karena harga komoditas akan menurun secara bertahap berkat pembukaan kembali ekonomi China dan kondisi Eropa yang lebih baik dari perkiraan.
"Pertumbuhan impor bisa lebih kuat karena permintaan domestik cenderung terus menguat, menyusul pencabutan PPKM pada akhir 2022 dan keputusan untuk melanjutkan Proyek Strategis Nasional. Namun, pertumbuhan impor terlihat melemah dari pertumbuhan tahun lalu karena harga minyak yang lebih rendah," katanya.
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023
Tags: