Semarang (ANTARA) - Politikus muda PDI Perjuangan Rahajeng Widyaswari memandang perlu kesiapan generasi muda menyongsong Indonesia Emas 2045 dengan membekali diri pelbagai kemampuan, termasuk teknologi informasi dan komunikasi, sekaligus memperkuat Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara.

"Saya optimistis Indonesia pada tahun 2045 menjadi negara maju dan telah sejajar dengan negara adidaya, asalkan generasi muda harus unggul di segala bidang," kata Ajeng —sapaan akrab drg. Rahajeng Widyaswari— kepada ANTARA di Semarang, Minggu.

Putri sulung almarhum Tjahjo Kumolo ini lantas mencontohkan Abdullah Mudzakir. Atas temuan bug dalam sistem keamanan Google, siswa SMK Negeri 8 Semarang ini mengharumkan nama bangsa Indonesia.

Kegagalan dalam sistem atau kesalahan yang ditemukan dalam produk-produk dan layanan Google, kata Ajeng, Mudzakir mendapatkan penghargaan sebesar 5.000 dolar Amerika Serikat (setara Rp76 juta) dari perusahaan teknologi ternama itu.

"Ya, kalau dibandingkan dengan pendapatan dari yang viral-viral lain, mungkin tidak seberapa. Akan tetapi, kegeniusan tidak bisa diukur, apalagi dibeli dengan uang," kata Ajeng setelah berkunjung ke rumah Mudzakir, Desa Lerep, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (10/3).

Di hadapan Ajeng, Dzakir (sapaan siswa SMK itu) bercerita pengalamannya sebelum memilih untuk menjadi peretas.

Saat di bangku sekolah menengah pertama (SMP), kata Dzakir mengawali ceritanya, sempat belajar pemprograman (programming), terus pindah ke jaringan, lalu masuk ke cyber security (keamanan siber), kemudian bergabung ke komunitas siber di Kota Salatiga, Jawa Tengah.

"Di komunitas ini, saya sering belajar bersama membahas tentang kerentanan keamanan jaringan," ucap Dzakir kepada Ajeng.

Karena penasaran, dia mencoba untuk masuk ke sistem keamanan Google, meski tidak langsung berterima. Bahkan, pada tahun 2020, Dzakir berulang kali mengajukan ke Google, tetapi perusahaan ini menolaknya. Akhirnya, pada tahun 2021 diterima.

Belajar autodidak melihat dari Google, lanjut Ajeng, Dzakir (yang masih duduk di kelas 12 SMK) saat ini bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta. Yang bersangkutan bekerja dari rumah (work from home) pada bidang teknologi informasi.

Perempuan yang berprofesi sebagai dokter gigi ini berharap Dzakir dapat perhatian khusus melalui pendidikan formal. Sesuai dengan keinginannya untuk melanjutkan kuliah di Undip pada Jurusan Teknik Informatika.

"Saya berharap di Indonesia akan banyak pemuda/pemudi genius dan cerdas seperti Dzakir. Bahkan, diapresiasi oleh pihak luar, khususnya oleh Google," kata Ketua DPN Repdem Bidang Seni, Budaya, dan Olahraga itu.