IOM dukung relokasi anak perempuan Afghanistan ke Rwanda untuk sekolah
12 Maret 2023 13:41 WIB
Arsip Foto - Anak-anak Afghanistan mengikuti kelas gratis yang diadakan oleh seorang guru muda setempat di Provinsi Kandahar, Afghanistan, Selasa (13/11/2022). ANTARA/Xinhua/Argand/am.
Jenewa (ANTARA) - Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) pada Jumat (10/3) mengatakan pihaknya mendukung relokasi anak-anak perempuan Afghanistan ke Rwanda untuk melanjutkan pendidikan mereka.
Dukungan tersebut menyusul keputusan Taliban yang melarang perempuan dan anak perempuan mendapatkan pendidikan menengah dan lanjutan.
Anak-anak perempuan ini berada di antara pelajar asing yang didaftarkan ke Sekolah Kepemimpinan Afghanistan (SOLA) – sekolah berasrama khusus perempuan Afghanistan yang awalnya berbasis di Kabul, sebelum terpaksa pindah ke Rwanda menyusul pelarangan oleh Taliban tersebut, menurut keterangan dari IOM.
Pada Desember lalu, Taliban memperluas larangan atas pendidikan perempuan, yang terakhir melarang perempuan belajar di universitas sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Taliban juga melarang perempuan bekerja baik di organisasi pemerintah maupun swasta.
Sejak Agustus 2021, menyusul kembalinya kekuasaan mereka setelah pejabat pemerintahan Kabul yang didukung Amerika Serikat meninggalkan negara itu dan pasukan asing ditarik, Taliban menerapkan sejumlah batasan pada perempuan yang memaksa banyak profesional meninggalkan Afghanistan.
Baca juga: Media Afghanistan siarkan diskusi hak wanita di tengah batasan Taliban
Ruang Aman
IOM menyatakan, sebagai sekolah pertama dan satu-satunya, SOLA menyediakan ruang aman bagi anak-anak perempuan Afghanistan untuk mendapatkan pendidikan tingkat menengah, dengan visi membentuk generasi pemimpin wanita.
“Dedikasi dan kekuatan perempuan dan anak-anak perempuan Afghanistan dalam menghadapi kesulitan telah menginspirasi dan membuat kita rendah hati setiap hari,” ujar Direktur Jenderal IOM Antonio Vitorino.
Ia melanjutkan bahwa inisiatif tersebut memberinya harapan dan tekad untuk melanjutkan dukungan bersama perempuan dan anak perempuan di negara itu agar Afghanistan mengakui, mempromosikan dan membangun kontribusi untuk perempuan, serta berinvestasi untuk anak-anak perempuan.
Kedatangan anak-anak perempuan di Rwanda menyusul kesepakatan antara IOM dan SOLA untuk membantu pengaturan perjalanan yang aman bagi siswanya yang sudah berada di luar Afghanistan dari negara awal mereka ke kampus di Rwanda.
Para pelajar yang tiba didampingi dan dikawal menuju kampus SOLA oleh pegawai IOM.
“Para pelajar sangat bersemangat untuk melakukan perjalanan ke sekolah mereka. Selama penerbangan, anggota termuda diberikan topi dan kacamata pilot,” menurut pegawai IOM yang mendampingi para pelajar tersebut.
Baca juga: Jumlah tenaga kerja perempuan di Afghanistan turun 25 persen
Pendiri SOLA Shabana Basij-Rasikh mengatakan bahwa Maret 2023 menandai satu tahun Taliban menutup pintu-pintu sekolah anak perempuan di Afghanistan, serta menolak memberikan hak bagi anak-anak perempuan Afghanistan untuk melanjutkan sekolah setelah lulus kelas enam.
“Sangat berarti bagi saya bahwa mereka saat ini tiba di Rwanda untuk mengejar pendidikan mereka, dan saya berterima kasih tak henti-henti kepada IOM untuk memfasilitasi keamanan perjalanan mereka ke sekolah kami, di mana mereka akan bertumbuh menjadi anggota generasi pemimpin yang suatu hari akan membantu membangun kembali Afghanistan,” kata Rasikh.
Siswi baru akan bergabung dengan teman sekelas SOLA mereka, yang disambut baik pemerintah Rwanda pada Agustus 2021.
IOM mengatakan akan terus membantu merelokasi lebih banyak siswi Afghanistan ke SOLA.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Gubernur Taliban Afghanistan tewas akibat ledakan di kantornya
Dukungan tersebut menyusul keputusan Taliban yang melarang perempuan dan anak perempuan mendapatkan pendidikan menengah dan lanjutan.
Anak-anak perempuan ini berada di antara pelajar asing yang didaftarkan ke Sekolah Kepemimpinan Afghanistan (SOLA) – sekolah berasrama khusus perempuan Afghanistan yang awalnya berbasis di Kabul, sebelum terpaksa pindah ke Rwanda menyusul pelarangan oleh Taliban tersebut, menurut keterangan dari IOM.
Pada Desember lalu, Taliban memperluas larangan atas pendidikan perempuan, yang terakhir melarang perempuan belajar di universitas sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Taliban juga melarang perempuan bekerja baik di organisasi pemerintah maupun swasta.
Sejak Agustus 2021, menyusul kembalinya kekuasaan mereka setelah pejabat pemerintahan Kabul yang didukung Amerika Serikat meninggalkan negara itu dan pasukan asing ditarik, Taliban menerapkan sejumlah batasan pada perempuan yang memaksa banyak profesional meninggalkan Afghanistan.
Baca juga: Media Afghanistan siarkan diskusi hak wanita di tengah batasan Taliban
Ruang Aman
IOM menyatakan, sebagai sekolah pertama dan satu-satunya, SOLA menyediakan ruang aman bagi anak-anak perempuan Afghanistan untuk mendapatkan pendidikan tingkat menengah, dengan visi membentuk generasi pemimpin wanita.
“Dedikasi dan kekuatan perempuan dan anak-anak perempuan Afghanistan dalam menghadapi kesulitan telah menginspirasi dan membuat kita rendah hati setiap hari,” ujar Direktur Jenderal IOM Antonio Vitorino.
Ia melanjutkan bahwa inisiatif tersebut memberinya harapan dan tekad untuk melanjutkan dukungan bersama perempuan dan anak perempuan di negara itu agar Afghanistan mengakui, mempromosikan dan membangun kontribusi untuk perempuan, serta berinvestasi untuk anak-anak perempuan.
Kedatangan anak-anak perempuan di Rwanda menyusul kesepakatan antara IOM dan SOLA untuk membantu pengaturan perjalanan yang aman bagi siswanya yang sudah berada di luar Afghanistan dari negara awal mereka ke kampus di Rwanda.
Para pelajar yang tiba didampingi dan dikawal menuju kampus SOLA oleh pegawai IOM.
“Para pelajar sangat bersemangat untuk melakukan perjalanan ke sekolah mereka. Selama penerbangan, anggota termuda diberikan topi dan kacamata pilot,” menurut pegawai IOM yang mendampingi para pelajar tersebut.
Baca juga: Jumlah tenaga kerja perempuan di Afghanistan turun 25 persen
Pendiri SOLA Shabana Basij-Rasikh mengatakan bahwa Maret 2023 menandai satu tahun Taliban menutup pintu-pintu sekolah anak perempuan di Afghanistan, serta menolak memberikan hak bagi anak-anak perempuan Afghanistan untuk melanjutkan sekolah setelah lulus kelas enam.
“Sangat berarti bagi saya bahwa mereka saat ini tiba di Rwanda untuk mengejar pendidikan mereka, dan saya berterima kasih tak henti-henti kepada IOM untuk memfasilitasi keamanan perjalanan mereka ke sekolah kami, di mana mereka akan bertumbuh menjadi anggota generasi pemimpin yang suatu hari akan membantu membangun kembali Afghanistan,” kata Rasikh.
Siswi baru akan bergabung dengan teman sekelas SOLA mereka, yang disambut baik pemerintah Rwanda pada Agustus 2021.
IOM mengatakan akan terus membantu merelokasi lebih banyak siswi Afghanistan ke SOLA.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Gubernur Taliban Afghanistan tewas akibat ledakan di kantornya
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023
Tags: