Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Australia mengambil bagian dalam program akselerasi vaksinasi COVID-19 bagi kelompok rentan di empat kabupaten, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Dukungan tersebut direalisasikan melalui peran Kemitraan Australia-Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) bekerja sama dengan Save the Children Indonesia dan Circle of Imagine Society (CIS) Timor yang bergulir sejak Agustus 2022.

Provincial Coordinator AIHSP NTT Mei Tatengkeng di NTT, Minggu, mengemukakan program tersebut dilaksanakan di Kabupaten Sabu Raijua, Belu, Timor Tengah Selatan, dan Sumba Barat Daya.

Baca juga: Dishub NTT minta pelaku perjalanan proaktif dapatkan vaksin penguat

"Selain untuk memastikan kelompok rentan dapat terlindungi dari COVID-19 melalui vaksinasi, program ini juga bertujuan untuk memberikan akses kesehatan yang inklusif," katanya.

Save the Children Indonesia dan CIS Timor sudah menyelenggarakan 124 Vaksinasi COVID-19 Inklusif di 35 desa di NTT dengan menjangkau 9.897 orang peserta, termasuk 871 lansia, 66 penyandang disabilitas, 9.052 anggota keluarga pra-sejahtera, 778 orang yang tinggal jauh dari layanan kesehatan, serta kelompok rentan lainnya.

"Vaksinasi inklusif memastikan tersedianya fasilitas yang mendukung berbagai kebutuhan masyarakat, termasuk lansia, perempuan, anak-anak, dan mereka yang menyandang disabilitas serta yang mengalami kesulitan mengakses sarana, prasarana, dan informasi tentang layanan terkait kesehatan," ujarnya.

Menurut Mei, kegiatan itu diselenggarakan berkat kerja kolaboratif dengan organisasi masyarakat sipil, organisasi berbasis komunitas, organisasi penyandang disabilitas, dan aktor lokal lain yang menjadi mitra program kerja.

Selain mendekatkan layanan vaksinasi dengan membuat sentra vaksinasi di desa maupun kampung adat, kata Mei, program tersebut juga melibatkan kader puskesmas untuk menjangkau kelompok rentan, seperti lansia dan penyandang disabilitas yang mengalami hambatan pergerakan.

"Target sasaran utama program VACCINE ini adalah lanjut usia, perempuan, anak, penyandang disabilitas, dan kelompok inklusi sosial lainnya," ujarnya.

Baca juga: Vaksinasi COVID-19 di Kabupaten Kupang capai 82,28 persen

Sumba adalah salah satu destinasi wisata prioritas di NTT dengan tingkat mobilisasi wisatawan lokal dan mancanegara yang tinggi, namun tingkat pencapaian vaksinasi COVID-19 bagi masyarakat setempat masih sangat rendah.

"Salah satu sasaran dari program kami di NTT adalah lansia yang tinggal di komunitas adat, karena mereka berpotensi terpapar COVID-19 dari aktivitas pariwisata. Lansia merupakan salah satu kelompok rentan yang menyumbang kematian terbanyak akibat COVID-19," ujarnya.

Menurut Mei, meski pandemi sudah berlangsung lebih dari tiga tahun, capaian vaksinasi untuk lansia di atas 60 tahun di NTT masih rendah.

Dilansir dari laporan vaksin.kemkes.go.id per 3 Maret 2023, target vaksinasi untuk lansia di NTT sebanyak 405.566 jiwa. Dari jumlah tersebut, yang sudah divaksin lengkap dosis 1 dan 2 baru mencapai 200.473 jiwa atau setara 49,43 persen.

"Artinya, satu dari dua lansia di NTT belum mendapat vaksin lengkap. Capaian untuk vaksin penguat 1 bahkan jauh lebih rendah, data menunjukkan, sembilan dari 10 lansia di NTT belum pernah menerima vaksin penguat 1," katanya.

Program yang didanai sepenuhnya oleh Pemerintah Australia kembali digelar pada hari ini dengan menyasar masyarakat Kampung Adat Ratenggaro, Desa Maliti Bondo Ate, Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT.

Baca juga: BIN NTT gelar vaksinasi berhadiah minyak goreng

Baca juga: Dorong percepatan vaksinasi COVID-19 di NTT melalui keroyokan


"Kami bekerja sama dengan pemerintah dan Puskesmas Walla Ndimu, AIHSP bersama Save the Children dan CIS Timor, berupaya untuk mendekatkan layanan vaksinasi kepada masyarakat dengan menyelenggarakan vaksinasi di kampung adat Ratenggaro," katanya.

Selain membuka sentra vaksinasi yang dekat dengan pemukiman masyarakat adat, juga dilakukan kunjungan rumah untuk menjangkau lansia dan disabilitas yang memiliki hambatan mobilitas.

Dua sisi pendekatan tersebut, kata Mei, diharapkan dapat membantu pemerintah setempat meningkatkan cakupan vaksinasi, terutama bagi masyarakat adat yang tinggal di kampung-kampung adat.