Medan (ANTARA) - Realisasi ekspor karet di Sumatera Utara untuk pengapalan Februari 2023 mengalami penurunan sebesar 6 persen menjadi 27.516 ton secara month to month (MoM) dibandingkan pada Januari 2023 lalu.

Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo), Edy Irwansyah, di Medan, Jumat, mengatakan penurunan ini diutamakan karena perkebunan karet Sumut kini memasuki fase gugur daun yang berdampak pada penurunan produksi.

"Gugur daun ini merupakan gugur daun alami yang terjadi setiap tahun. Mulainya berbeda di setiap daerah, pada Januari hingga Maret, dan berakhirnya juga bervariasi, Maret hingga April," ujarnya.

Secara geografis, Sumut terletak pada 1 derajat hingga 4 derajat Lintang Utara, dan 98 derajat hingga 100 derajat Bujur Timur.

Baca juga: Volume ekspor karet Sumut masih tertekan

Baca juga: Harga karet ekspor terus anjlok tinggal 1,333 dolar AS per kg


Edy juga menjelaskan secara total, volume ekspor Januari hingga Februari 2023 sebanyak 61.305 ton atau menurun 7,4 persen pada periode yang sama tahun 2022.

Adapun negara tujuan ekspor bulan Februari sebanyak 27 negara. Untuk 5 besar negara tujuan ekspor utama karet Sumut adalah, Jepang (30,1 persen), USA (20,6 persen), Turki (8,6 persen), China (7,9 persen), dan Kanada (6,5 persen).

Ekspor untuk pengapalan Maret 2023 diperkirakan masih stagnan karena kondisi bahan baku masih kurang. Dalam perkataan lain, jika permintaan tidak dapat diimbangi dengan ketersediaan bahan baku karena produksi dari kebun karet yang ada di Sumut sebagian masih dalam fase gugur daun sehingga produksinya rendah.

“Harga TSR20 di bursa berjangka Singapura atau SGX pada 7 Maret sebesar 139,1 sen AS per kg, atau naik 0,3 sen AS dibandingkan harga rata-rata Februari,” ujarnya.*

Baca juga: Eksportir karet Sumatera Utara tahan ekspor, karena harga sedang turun

Baca juga: Harga ekspor karet melemah dampak RRT melakukan "lockdown"