Dokter ingatkan penyakit ginjal kronis tahap awal sering tanpa gejala
10 Maret 2023 18:27 WIB
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi dr Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD-KGH, FINASIM dari RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) dalam diskusi kesehatan yang digelar Kalbe Company di Jakarta, Jumat (10/3/2023). (ANTARA/Suci Nurhaliza)
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi dr Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD-KGH, FINASIM dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo mengatakan penyakit ginjal kronis tahap awal seringkali tidak menimbulkan gejala apapun.
"Sebenarnya, kalau fungsi ginjal menurun sedikit itu pasien tidak merasakan gejala. Bahkan, kasarnya fungsi ginjal menurun 25 persen itu tidak ada gejala," kata Pringgo dalam acara temu media di Jakarta, Jumat.
Dokter yang menamatkan studi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu menjelaskan bahwa dalam keadaan normal, daya cadang ginjal manusia adalah empat kali kebutuhan tubuh dalam melakukan ekskresi atau penyaringan racun.
Kemampuan itulah yang menyebabkan seseorang tidak mengalami keluhan apapun meskipun ginjalnya mengalami penurunan fungsi. Akibatnya, banyak pasien yang baru berobat ke dokter dan langsung didiagnosis menderita gagal ginjal.
"Mereka banyak yang bilang kalau selama ini merasa sehat-sehat saja, tapi, kenapa tiba-tiba gagal ginjal? Padahal, kalau gangguan kecil itu memang tidak ada keluhan, ketika masuk gagal ginjal baru muncul keluhan-keluhan yang membahayakan," kata Pringgo, yang juga berpraktik di RS PELNI.
Baca juga: Hipertensi tak terkontrol bisa sebabkan penyakit ginjal
Untuk itu, Pringgo mengatakan perlu peningkatan kewaspadaan terhadap kondisi kesehatan ginjal, diantaranya dengan deteksi dini dan memahami faktor risiko gangguan ginjal.
Faktor risiko utama gangguan ginjal, menurut data dari Indonesian Renal Registry (IRR) sebagaimana dipaparkan Pringgo, adalah diabetes, hipertensi, peradangan ginjal, riwayat keluarga, dan gaya hidup yang tidak sehat.
Gangguan metabolisme karbohidrat pada diabetes membuat gula tidak bisa dimanfaatkan oleh sel-sel tubuh. Gula darah tinggi mengganggu organ tubuh lainnya, termasuk ginjal.
Gangguan ginjal itu ditandai dengan keberadaan albumin di urine, yang pada kondisi normal tidak ada. Salah satu ciri kandungan albumin tinggi adalah urine berbusa.
Baca juga: Pasien gagal ginjal rentan terkena anemia
Deteksi dini gangguan ginjal dapat dilakukan dengan cek kesehatan di fasilitas kesehatan. Pemeriksaan bersifat penting dilakukan terutama jika memiliki salah satu atau lebih faktor risiko.
Pringgo melanjutkan, upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah gangguan ginjal adalah menerapkan gaya hidup sehat dengan diet seimbang, termasuk minum air putih yang cukup.
"Memang minum merupakan salah satu komponen utama dalam menjaga kesehatan ginjal. Kata kuncinya adalah cukup. Kalau kurang minum, meningkatkan risiko infeksi saluran kemih dan batu ginjal, begitu juga kalau terlalu banyak akan berbahaya," kata Pringgo.
Baca juga: Kasus gagal ginjal akut dan pentingnya investigasi menyeluruh
Baca juga: Rujukan tepat waktu memperingan pasien ginjal kronik
Baca juga: Fasyankes diharapkan bisa meningkatkan layanan untuk pasien dialisis
"Sebenarnya, kalau fungsi ginjal menurun sedikit itu pasien tidak merasakan gejala. Bahkan, kasarnya fungsi ginjal menurun 25 persen itu tidak ada gejala," kata Pringgo dalam acara temu media di Jakarta, Jumat.
Dokter yang menamatkan studi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu menjelaskan bahwa dalam keadaan normal, daya cadang ginjal manusia adalah empat kali kebutuhan tubuh dalam melakukan ekskresi atau penyaringan racun.
Kemampuan itulah yang menyebabkan seseorang tidak mengalami keluhan apapun meskipun ginjalnya mengalami penurunan fungsi. Akibatnya, banyak pasien yang baru berobat ke dokter dan langsung didiagnosis menderita gagal ginjal.
"Mereka banyak yang bilang kalau selama ini merasa sehat-sehat saja, tapi, kenapa tiba-tiba gagal ginjal? Padahal, kalau gangguan kecil itu memang tidak ada keluhan, ketika masuk gagal ginjal baru muncul keluhan-keluhan yang membahayakan," kata Pringgo, yang juga berpraktik di RS PELNI.
Baca juga: Hipertensi tak terkontrol bisa sebabkan penyakit ginjal
Untuk itu, Pringgo mengatakan perlu peningkatan kewaspadaan terhadap kondisi kesehatan ginjal, diantaranya dengan deteksi dini dan memahami faktor risiko gangguan ginjal.
Faktor risiko utama gangguan ginjal, menurut data dari Indonesian Renal Registry (IRR) sebagaimana dipaparkan Pringgo, adalah diabetes, hipertensi, peradangan ginjal, riwayat keluarga, dan gaya hidup yang tidak sehat.
Gangguan metabolisme karbohidrat pada diabetes membuat gula tidak bisa dimanfaatkan oleh sel-sel tubuh. Gula darah tinggi mengganggu organ tubuh lainnya, termasuk ginjal.
Gangguan ginjal itu ditandai dengan keberadaan albumin di urine, yang pada kondisi normal tidak ada. Salah satu ciri kandungan albumin tinggi adalah urine berbusa.
Baca juga: Pasien gagal ginjal rentan terkena anemia
Deteksi dini gangguan ginjal dapat dilakukan dengan cek kesehatan di fasilitas kesehatan. Pemeriksaan bersifat penting dilakukan terutama jika memiliki salah satu atau lebih faktor risiko.
Pringgo melanjutkan, upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah gangguan ginjal adalah menerapkan gaya hidup sehat dengan diet seimbang, termasuk minum air putih yang cukup.
"Memang minum merupakan salah satu komponen utama dalam menjaga kesehatan ginjal. Kata kuncinya adalah cukup. Kalau kurang minum, meningkatkan risiko infeksi saluran kemih dan batu ginjal, begitu juga kalau terlalu banyak akan berbahaya," kata Pringgo.
Baca juga: Kasus gagal ginjal akut dan pentingnya investigasi menyeluruh
Baca juga: Rujukan tepat waktu memperingan pasien ginjal kronik
Baca juga: Fasyankes diharapkan bisa meningkatkan layanan untuk pasien dialisis
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023
Tags: