BPBD: Ratusan jiwa di Jember terancam retakan tanah rawan longsor
10 Maret 2023 15:29 WIB
Petugas BPBD Jember memantau retakan tanah yang berada di Desa Sucopangepok, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember. ANTARA/VJ Hamka Agung Balya/am.
Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember Sigit Akbari mengatakan retakan tanah di Desa Sucopangepok, Kabupaten Jember, Jawa Timur berpotensi mengakibatkan tanah longsor yang mengancam sekitar 500 jiwa atau 150 kepala keluarga di desa setempat.
"Hasil pemantauan kami bahwa dampak dari keretakan tanah itu menyebabkan lahan persawahan milik warga mengalami penurunan tanah sekitar 30 cm dan mengalami keretakan tanah dengan lebar 20 cm," kata Sigit Akbari di Jember, Jumat.
Baca juga: Retakan tanah mengancam puluhan rumah warga Jember
Selain itu, lanjut dia, jalan desa juga terdampak retakan tanah, dan retakan tanah pada lahan atau sawah warga terlihat panjangnya sekitar sekitar 1.000 meter persegi.
"Kami memberikan rekomendasi agar dilakukan kegiatan penanaman vetiver atau sejenisnya di beberapa lokasi agar dapat mencegah terjadinya longsor di kawasan tersebut," tuturnya.
Menurutnya, perlu dilakukan pemasangan rambu rawan longsor di daerah setempat. Pihak BPBD Jember meneruskan laporan kejadian itu dengan mendatangkan Badan Geologi Kementerian ESDM terkait retakan tanah untuk pendalaman dan pengkajian.
"Kami imbau masyarakat di Dusun Karanganyar, Desa Sucopangepok meningkatkan kewaspadaannya terhadap ancaman tanah longsor akibat retakan tanah itu," katanya.
Untuk mencegah retakan tanah semakin lebar, lanjut dia, retakan itu segera ditutup kembali supaya tidak terjadi resapan air yang langsung dan memperparah retakan itu.
Baca juga: Tanah longsor terjang sejumlah lokasi di Jember
Baca juga: BPBD Jember sebut satu korban meninggal tertimbun tanah longsor
"Ke depan, setelah musim hujan ini segera dilakukan penghijauan di lereng Gunung Argopuro, karena memang sedikit pohon yang dapat mengikat air," ujarnya.
Sebelumnya Kepala Stasiun Geofisika Kelas III BMKG Nganjuk Sumber Harto yang ikut memantau retakan tanah di Desa Sucopangepok mengatakan bahwa adanya air yang merambat sampai ke bawah itu menjadi bidang gelincir yang paling utama, bisa menyebabkan tanah retak, bahkan longsor.
"Untuk itu early warning system (EWS) yang ada dioptimalkan fungsinya, bila ada pergerakan tanah bisa meminimalisasi korban yang terdampak oleh tanah longsor itu," katanya.
"Hasil pemantauan kami bahwa dampak dari keretakan tanah itu menyebabkan lahan persawahan milik warga mengalami penurunan tanah sekitar 30 cm dan mengalami keretakan tanah dengan lebar 20 cm," kata Sigit Akbari di Jember, Jumat.
Baca juga: Retakan tanah mengancam puluhan rumah warga Jember
Selain itu, lanjut dia, jalan desa juga terdampak retakan tanah, dan retakan tanah pada lahan atau sawah warga terlihat panjangnya sekitar sekitar 1.000 meter persegi.
"Kami memberikan rekomendasi agar dilakukan kegiatan penanaman vetiver atau sejenisnya di beberapa lokasi agar dapat mencegah terjadinya longsor di kawasan tersebut," tuturnya.
Menurutnya, perlu dilakukan pemasangan rambu rawan longsor di daerah setempat. Pihak BPBD Jember meneruskan laporan kejadian itu dengan mendatangkan Badan Geologi Kementerian ESDM terkait retakan tanah untuk pendalaman dan pengkajian.
"Kami imbau masyarakat di Dusun Karanganyar, Desa Sucopangepok meningkatkan kewaspadaannya terhadap ancaman tanah longsor akibat retakan tanah itu," katanya.
Untuk mencegah retakan tanah semakin lebar, lanjut dia, retakan itu segera ditutup kembali supaya tidak terjadi resapan air yang langsung dan memperparah retakan itu.
Baca juga: Tanah longsor terjang sejumlah lokasi di Jember
Baca juga: BPBD Jember sebut satu korban meninggal tertimbun tanah longsor
"Ke depan, setelah musim hujan ini segera dilakukan penghijauan di lereng Gunung Argopuro, karena memang sedikit pohon yang dapat mengikat air," ujarnya.
Sebelumnya Kepala Stasiun Geofisika Kelas III BMKG Nganjuk Sumber Harto yang ikut memantau retakan tanah di Desa Sucopangepok mengatakan bahwa adanya air yang merambat sampai ke bawah itu menjadi bidang gelincir yang paling utama, bisa menyebabkan tanah retak, bahkan longsor.
"Untuk itu early warning system (EWS) yang ada dioptimalkan fungsinya, bila ada pergerakan tanah bisa meminimalisasi korban yang terdampak oleh tanah longsor itu," katanya.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023
Tags: