Penambang emas liar tutup jalan, warga Kolombia kekurangan pangan
10 Maret 2023 10:43 WIB
Arsip Foto - Seorang polisi berdiri di samping sumur tempat pencucian mineral yang diambil dari tambang emas ilegal di Buritica, Kolombia, Selasa (20/4/2021). ANTARA/REUTERS/Luisa Gonzalez/as/am.
Bogota (ANTARA) - Aksi protes penambang emas liar di Kolombia yang menutup jalan-jalan membuat 300 ribu warga setempat kekurangan pangan dan obat-obatan, kata para pejabat di negara itu pada Kamis.
Para penambang liar di 12 wilayah pedesaan di Provinsi Antioquia dan Cordoba memprotes tindakan aparat dalam menghancurkan sembilan mesin mereka.
Mesin-mesin terapung yang disebut "naga" tersebut menyedot lumpur dari sungai untuk mendapatkan emas aluvial.
Menurut Menteri Dalam Negeri Alfonso Prada, mesin-mesin tersebut menimbulkan kerusakan lingkungan dan membahayakan kehidupan penduduk.
Penutupan jalan oleh para penambang mempengaruhi kehidupan masyarakat di kedua provinsi, kata Prada.
Tindakan itu membuat penduduk kekurangan makanan dan pasokan medis, seperti tabung oksigen, sambung dia.
"Selama penutupan jalan masih berlangsung, kemungkinan kita kembali ke meja perundingan adalah mustahil," kata Prada.
Dia mengatakan pemerintah telah meminta Gereja Katolik agar menengahi konflik tersebut sehingga tercapai kesepakatan.
Penambangan ilegal di negara-negara Amerika Selatan seperti Kolombia dianggap sebagai bencana lingkungan karena merusak ekosistem, termasuk pencemaran merkuri di sungai-sungai.
"Saat ini, ekskavator di Bajo Cauca memompa hampir 30 juta meter kubik tanah dan membuang berton-ton merkuri ke sungai Cauca," kata Menteri Lingkungan Hidup Susana Muhamad.
Bagi kelompok-kelompok bersenjata di Kolombia, penambangan ilegal menjadi sumber pendapatan terbesar kedua setelah perdagangan narkoba.
Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) mengatakan 65 persen produksi emas aluvial Kolombia pada 2021 berasal dari penambangan liar.
Sumber: Reuters
Para penambang liar di 12 wilayah pedesaan di Provinsi Antioquia dan Cordoba memprotes tindakan aparat dalam menghancurkan sembilan mesin mereka.
Mesin-mesin terapung yang disebut "naga" tersebut menyedot lumpur dari sungai untuk mendapatkan emas aluvial.
Menurut Menteri Dalam Negeri Alfonso Prada, mesin-mesin tersebut menimbulkan kerusakan lingkungan dan membahayakan kehidupan penduduk.
Penutupan jalan oleh para penambang mempengaruhi kehidupan masyarakat di kedua provinsi, kata Prada.
Tindakan itu membuat penduduk kekurangan makanan dan pasokan medis, seperti tabung oksigen, sambung dia.
"Selama penutupan jalan masih berlangsung, kemungkinan kita kembali ke meja perundingan adalah mustahil," kata Prada.
Dia mengatakan pemerintah telah meminta Gereja Katolik agar menengahi konflik tersebut sehingga tercapai kesepakatan.
Penambangan ilegal di negara-negara Amerika Selatan seperti Kolombia dianggap sebagai bencana lingkungan karena merusak ekosistem, termasuk pencemaran merkuri di sungai-sungai.
"Saat ini, ekskavator di Bajo Cauca memompa hampir 30 juta meter kubik tanah dan membuang berton-ton merkuri ke sungai Cauca," kata Menteri Lingkungan Hidup Susana Muhamad.
Bagi kelompok-kelompok bersenjata di Kolombia, penambangan ilegal menjadi sumber pendapatan terbesar kedua setelah perdagangan narkoba.
Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) mengatakan 65 persen produksi emas aluvial Kolombia pada 2021 berasal dari penambangan liar.
Sumber: Reuters
Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023
Tags: