Jakarta (ANTARA) - Dewan Pengarah Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi Diena Haryana mengatakan perempuan perlu memiliki resiliensi digital agar dapat terhindar dari Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) di ruang siber.

"Digital resilience (resiliensi digital) artinya kita bisa tangguh menghadapi segala kemungkinan di ruang digital. Kita sebagai perempuan tidak mudah terkecoh oleh orang-orang yang merayu kita," kata Diena dalam acara diskusi literasi digital yang didukung Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bertajuk "Perempuan dan Media Sosial", Kamis malam.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Komisi Nasional (Komnas) Perempuan, pada 2021 terdapat 1.721 kasus KBGO yang dilaporkan dengan perempuan menjadi korban.

Jumlah tersebut naik 83 persen dari kasus di 2020 yang mencapai 940 kasus.

Laporan kasus paling banyak diterima oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), disusul Women Crisis Center, lalu Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A), Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), dan Pengadilan Negeri.

Baca juga: Ruang digital aman penting guna cegah kekerasan berbasis gender online

Adapun kasus KBGO yang paling banyak terjadi di 2021 ialah intimidasi secara online (cyber harassment), ancaman penyebaran foto atau video pribadi (malicious distribution), dan pemerasan seksual online (sextortion).

Diena berpendapat agar kasus KBGO dapat dicegah dan tidak kembali terjadi, maka perempuan perlu memiliki resiliensi digital.

Caranya dengan menambah edukasi dan meningkatkan kecakapan di ruang digital.

Ia mendorong perempuan-perempuan terutama di Indonesia agar bisa mencari informasi dan mengenal jenis-jenis penipuan dan risiko agar KBGO tidak perlu terjadi kembali.

Baca juga: Anggota DPR jelaskan langkah laporkan kasus KBGO

"Jadi perempuan mesti belajar mengenai isu-isu yang dihadapi perempuan di ruang digital, miliki kecakapan digital. Sehingga kita bisa menolak dan tidak diperdayai," ujar Diena.

Selain cakap menggunakan teknologi dan kecanggihan digital, Diena berharap resiliensi digital juga dapat ditingkatkan perempuan dengan menjaga keamanan digitalnya.

Ia berharap perempuan bisa bijak dalam menjaga data pribadinya dengan tidak membagikan kepada publik di ruang siber hal-hal yang bersifat privasi.

Di samping resiliensi digital, Diena berharap perempuan juga bisa memiliki ketahanan emosi dan kemandirian finansial sehingga dengan ketiganya perempuan bisa berdaya dan tidak terperdaya.

"Ketika kita punya itu semua maka kita tidak akan bisa ditipu daya oleh siapa pun termasuk di ruang digital," kata Diena menutup penjelasannya.

Baca juga: SAFEnet: Implementasi UU TPKS harus benar-benar berpihak pada korban