Surabaya (ANTARA) - Perum Jasa Tirta I memulihkan kapasitas Waduk Wlingi dan Lodoyo, Blitar melalui kegiatan flushing yang dimulai sejak hari Minggu (5/3) hingga Sabtu (11/3).

"Flushing merupakan upaya pemeliharaan waduk dengan cara mengosongkan tampungan serta menggelontorkan sedimen untuk mengembalikan volume efektif waduk," kata Plt Direktur Utama sekaligus Direktur Operasional PJT I, Milfan Rantawi dalam keterangan yang diterima di Surabaya, Kamia.

Milfan menjelaskan akibat dari adanya sedimentasi, volume tampungan waduk kian hari semakin berkurang dan dapat menurunkan kemampuan waduk sebagai pengendali banjir sekaligus penyimpan cadangan air selama musim kemarau.

"Untuk itu, Jasa Tirta I secara rutin melakukan upaya pengurangan sedimen waduk, baik melalui pengerukan atau dredging maupun penggelontoran atau flushing," kata dia.

Selain itu, flushing juga bermanfaat untuk menutup degradasi (penurunan) dasar Sungai Brantas di hilir waduk.

"Sedimen yang keluar nantinya akan mengendap dan mengisi cekungan yang berada di dasar sungai. Hal ini akan memperkuat kestabilan bangunan yang ada di sepanjang aliran Brantas, seperti tanggul dan jembatan," ujarnya.

Kesempatan saat pengosongan waduk juga dapat dimanfaatkan untuk membersihkan sampah di depan intake irigasi dan PLTA, sehingga nantinya dapat mengoptimalkan suplai air.

Dengan besarnya manfaat tersebut, PJT I telah mengagendakan flushing waduk ini menjadi kegiatan pemeliharaan rutin tahunan.

Milfan menyampaikan bahwa kegiatan flushing yang dilaksanakan telah memperhatikan berbagai aspek baik lingkungan maupun keamanan bendungan.

Timnya juga telah mempertimbangkan tren inflow waduk dengan memperhitungkan faktor cuaca dan curah hujan.

"Untuk menentukan waktu pelaksanaan flushing, kami selalu mempertimbangkan kondisi cuaca dan cadangan ketersediaan air di sistem Sungai Brantas. Ini untuk mengantisipasi kurangnya debit inflow untuk pengisian waduk pasca flushing. Jangan sampai waduk tidak bisa kembali terisi sesuai pola yang ditetapkan, sehingga akan mengakibatkan stop operasi PLTA maupun irigasi," ucapnya.

Ia menegaskan, Jasa Tirta I juga memantau kondisi kualitas air sungai, baik sebelum maupun pada saat pelaksanaan flushing.

"Kondisi kualitas air setelah pelaksanaan flushing umumnya akan membaik jika dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini karena pada saat penggelontoran, sedimen dan nutrien yang mengendap di dasar waduk dan sungai akan kembali mengalir dan secara alami memecah konsentrasi kandungan yang berlebih, sehingga sungai kembali mampu mempurifikasi dirinya," ungkap Milfan.

Dari sisi keamanan infratruktur, bahwa berdasarkan hasil pengamatan visual, Waduk Wlingi secara umum berada dalam kondisi baik.

Adapun untuk memastikan pengaruh flushing terhadap kondisi bendungan, timnya akan melakukan pemantauan instrumentasi secara rutin selama pelaksanaan kegiatan flushing dilaksanakan.

"Kami harus memastikan bahwa tidak terjadi perubahan signifikan terhadap instrumentasi yang diukur. Bendungan harus aman dilihat dari standar keberterimaan atas tekanan air pori, rembesan, muka air tanah maupun dari segi deformasinya," ungkapnya.

Diharapkannya, hasil dari kegiatan flushing dapat mengoptimalkan suplai air irigasi Lodagung dan Tulungagung Timur seluas 13.000 ha serta operasi PLTA Wlingi dan Lodoyo dengan kapasitas pembangkitan total sebesar 58,7 MW.

"Tujuan utama flushing adalah untuk mengembalikan volume efektif Waduk Wlingi serta long storage Bendung Lodoyo, sehingga fungsi kedua infrastruktur SDA ini dapat kembali optimal," katanya.

Berdasarkan hasil echosounding pada saat flushing tahun 2022 diketahui efektivitas sedimen yang tergelontor pada Waduk Wlingi sebesar 603 ribu meter kubik, sedangkan pada tampungan Lodoyo sebesar 561 ribu meter kubik. Hal ini berhasil menambah sekitar 27 persen kapasitas tampungan efektif Waduk Wlingi dan 18 persen untuk Lodoyo.

"Sesuai amanah yang ditugaskan kepada kami, flushing waduk merupakan upaya Jasa Tirta I dalam melakukan pemeliharaan aset serah kelola milik negara," ujarnya.