Jakarta (ANTARA News) - Mantan Presiden Soeharto pada Selasa malam sekitar pukul 18.30 WIB menjalani pemeriksaan endoscopy lambung untuk melihat sumber pendarahan yang menyebabkan kadar haemoglobinnya dari 8,9 gram persen menjadi 8,2 gram persen. Pemeriksaan endoscopy lambung yang berlangsung sekitar 20 menit hingga 30 menit itu dilakukan di kamar rawat inapnya yakni di kamar 536 yang terletak di lantai lima gedung A Rumah sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan. Koordinator dokter spesialis tim dokter kepresidenan Djoko Raharjo mengatakan pemeriksaan dilakukan di kamar rawat inap agar pasien tidak perlu dipindahkan ke tempat lain. "Cukup enak dikerjakan di atas dari pada harus memindahkan orang sakit," kata Djoko. Tim dokter kepresidenan dan RSPP menyatakan hasil pemeriksaan endoscopy menunjukkan adanya luka di lambung bagian tengah Presiden kedua RI itu. "Pada pemeriksaan juga didapatkan bekuan darah di sekitar pipa lambung sedangkan mukosa lambung yang lain baik," kata Direktur Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Adji Suprajitno. Ia mengatakan berdasarkan pemeriksaan disimpulkan pendarahan berasal di sekitar pipa lambung dan tidak tampak lagi pendarahan baru. Menurut Adji, orang terkuat di Indonesia pada masa Orde Baru itu hingga saat ini masih diberi obat-obatan secara parenteral dan obat-obatan langsung ke lambung melalui pipa lambung. "Sekarang kita tahu pendarahan relatif tidak terlalu besar sumbernya jadi hanya diberikan obat-obatan tanpa operasi lagi," katanya. Djoko menjelaskan pula bahwa pasca-pemeriksaan endoscopy keadaan umum mantan Presiden Soeharto cukup stabil meski belum melampaui masa kritis. HM Soeharto, kata dia, sudah siuman namun belum merespon pembicaraan dan belum bisa menggerakkan tangan.(*)