Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis penyakit dalam dari RSUP Dr. Kariadi Semarang Dr dr Muchlis Achsan Udji Sofro SpPD KPTI MKM FINASIM mengatakan penyakit yang disebabkan bakteri leptospira intterogans atau leptospirosis akut, rawan menjangkiti penderita dengan komorbid atau penyakit bawaan.

Umumnya para penderita leptospirosis akut, yang tertular dari urine hewan yang terinfeksi, ikut mengalami infeksi pada organ tubuh lainnya dan meningkatkan tingkat fatalitas kasus.

"Faktor yang menyebabkan kasus leptospirosis akhirnya meninggal terutama terjadi karena adanya komorbid seperti diabetes melitus tidak terkontrol, hipertensi tidak terkendali, ginjal kronis," kata Muchlis dalam diskusi daring bersama media di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, biasanya fatalitas terjadi akibat bakteri leptosprira intterogans yang menjadi penyebab leptospirosis menjalar ke organ-organ yang sebelumnya telah bermasalah dari adanya penyakit penyerta.

Beberapa penyakit penyerta yang memiliki fatalitas kasus lebih tinggi apabila pasien juga mengalami leptospirosis di antaranya diabetes melitus, ginjal kronis, sirosis hati, dan lupus eritematosus sistemik.

Baca juga: Kemenkes teliti virus dan bakteri terkait ginjal akut

Apabila tidak ditangani dengan tepat, maka potensi kasus menuju kematian lebih meningkat.

Maka dari itu, Muchlis menyarankan agar dapat mencegah terjadinya kasus leptospirosis akut pada penderita komorbid maka pasien harus disiplin mengecek kondisi penyakit penyertanya tersebut.

"Kelemahan kita itu penyakit tidak menularnya belum dikontrol dengan baik. Banyak pasien diabetes melitus tidak mau kontrol karena tidak bergejala, banyak pasien hipertensi malas minum obat. Harusnya penyakit menular itu diatasi berbarengan dengan penyakit tidak menularnya," katanya.

Adapun leptospirosis ialah penyakit menular akibat bakteri yang umumnya dialami orang yang terkena banjir atau berada di genangan air. Biasanya bakteri tersebut disebarkan melalui urine tikus yang mengontaminasi banjir ataupun genangan air.

Gejalanya secara umum terdiri dari demam tinggi, sakit kepala, hingga nyeri otot. Untuk gejala berat biasanya disertai dengan pendarahan bisa dari mimisan, gusi berdarah, hingga batuk berdarah.

Apabila bergejala ringan hingga sedang, Muchlis menyebut penyakit ini dapat diobati dengan meminum obat antibiotik. Namun untuk kasus leptospirosis berat, pasien disarankan untuk mendapatkan penanganan khusus di rumah sakit.

Baca juga: Kemenkes imbau warga tak asal buang antibiotik cegah pencemaran sungai

Baca juga: Ahli: Probiotik bermanfaat untuk berbagai penyakit dan kondisi anak

Baca juga: Dokter: Jangan minum antibiotik jika tak butuh guna cegah resistensi