"Yang pasti basis utama penanganan desa ya di kebudayaan. Banyak hal yang membutuhkan pendampingan untuk mengeksplorasi budaya-budaya positif bagi pembangunan sekaligus kanalisasi dan revitalisasi terhadap nilai budaya agar sesuai dengan kebutuhan pembangunan," ujar Mendes PDTT di Jakarta, Rabu.
Oleh karena itu, Mendes mengatakan, kementeriannya menyambut positif ajakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melaksanakan program Pemajuan Kebudayaan Desa.
Dalam pelaksanaan program itu, ia menekankan harus ada pola jelas yang menyesuaikan dengan masalah, potensi, dan kebutuhan desa yang cenderung berbeda antardaerah.
"Harus dipastikan polanya bagaimana. Tapi tetap harus terukur dan yang jelas harus berkesinambungan dan berkelanjutan," kata Mendes PDTT saat menerima audiensi Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid di ruang kerjanya.
Baca juga: 235 desa telah mendapat pendampingan untuk memajukan kebudayaan
Disampaikan, Pemajuan Kebudayaan Desa merupakan program prioritas Kemendikbudristek yang digagas sejak 2021. Tujuannya untuk mendukung proses dan mewujudkan inisiatif pemajuan kebudayaan melalui pemberdayaan masyarakat desa.
Hal tersebut senada dengan gagasan Mendes PDTT pada poin SDGs Desa nomor 18, yakni Kelembagaan Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif untuk membangun desa tanpa meninggalkan akar budaya yang dimiliki.
Menurut Mendes PDTT, budaya tidak boleh terkikis oleh kemajuan zaman, namun justru menjadi dasar dalam upaya mewujudkan desa-desa yang mandiri.
"Kita selalu membangun pemikiran atau konsep itu membangun desa jangan sampai tidak bertumpu pada akar budaya atau bahasa lain apapun proses pembangunan kita harus merujuk pada hal obyektif yang bisa dipertahankan," tutur Gus Halim, demikian ia biasa disapa.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid menjelaskan, program Kemajuan Pembudayaan Desa akan fokus pada 235 desa. Desa tersebut akan diberi pendampingan untuk memajukan daerahnya dengan pendekatan kebudayaan.
"Intinya kita melakukan pendataan, potensi kultural bukan hanya kesenian tapi juga pengetahuan teknologi termasuk bahasa. Kita ingin mengatasi masalah-masalah desa seperti stunting dan lainnya tapi kita lebih fokus ke pendekatan kebudayaan," katanya.
Baca juga: Ditjen Kebudayaan gelar lomba cerita budaya desaku