Mensesneg: Tidak mudah mengelola perguruan tinggi swasta
8 Maret 2023 16:00 WIB
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno berpidato pada acara Rakernas Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) dan Konferensi Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama yang digelar di Medan, Rabu. (ANTARA/Yudi)
Medan (ANTARA) - Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno mengatakan tidak mudah mengelola perguruan tinggi swasta, berbeda halnya dengan perguruan tinggi negeri yang memang mendapat subsidi dari pemerintah.
"Kalau saya disuruh menjadi rektor, misalnya di perguruan tinggi NU, aduh berat, berat sekali," katanya saat menyampaikan pidatonya pada Rakernas Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) dan Konferensi Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama yang digelar di Medan, Rabu.
"Beda halnya dengan perguruan tinggi negeri, dosen digaji pemerintah. Makanya rektor di PTN, semi-semi auto pilot itu, jalan aja dulu. karena mayoritas sudah aman. Kalau perguruan tinggi swasta, harus banyak yang dipikirkan, uangnya dari mana dan lainnya," kata mantan Rektor Universitas Gadjah Mada itu.
Untuk itu, kata dia, pengelola perguruan tinggi swasta tidak bisa bekerja sendiri, melainkan harus mampu menjalin kerja sama dengan semua pihak.
Baca juga: Pengurus NU Sumsel segera resmikan perguruan tinggi
Baca juga: PB NU segera bentuk badan perguruan tinggi
"Tampaknya harus ada kesadaran bahwa mau tidak mau konsolidasi manajemen itu penting untuk dilakukan serta adanya pembagian tugas untuk bisa terus berkembang. Bagi tugas itu penting," katanya.
Di samping itu hubungan eksternal juga tentu sangat penting untuk menjalin kerja sama, mencari mitra yang saling komplemen.
Ternyata, kata dia, banyak organisasi yang tertarik untuk ikut berkontribusi memberikan input berupa beasiswa untuk mahasiswa, karena mereka ingin mencari talenta atau ide-ide segar dari kalangan muda saat ini.
"Dengan begitu, Merawat Jagat, Membangun Peradaban Dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi akan digapai dengan mudah, sesuai dengan tema Rakernas kali ini," katanya.*
Baca juga: NU dirikan universitas di Kubu Raya
"Kalau saya disuruh menjadi rektor, misalnya di perguruan tinggi NU, aduh berat, berat sekali," katanya saat menyampaikan pidatonya pada Rakernas Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) dan Konferensi Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama yang digelar di Medan, Rabu.
"Beda halnya dengan perguruan tinggi negeri, dosen digaji pemerintah. Makanya rektor di PTN, semi-semi auto pilot itu, jalan aja dulu. karena mayoritas sudah aman. Kalau perguruan tinggi swasta, harus banyak yang dipikirkan, uangnya dari mana dan lainnya," kata mantan Rektor Universitas Gadjah Mada itu.
Untuk itu, kata dia, pengelola perguruan tinggi swasta tidak bisa bekerja sendiri, melainkan harus mampu menjalin kerja sama dengan semua pihak.
Baca juga: Pengurus NU Sumsel segera resmikan perguruan tinggi
Baca juga: PB NU segera bentuk badan perguruan tinggi
"Tampaknya harus ada kesadaran bahwa mau tidak mau konsolidasi manajemen itu penting untuk dilakukan serta adanya pembagian tugas untuk bisa terus berkembang. Bagi tugas itu penting," katanya.
Di samping itu hubungan eksternal juga tentu sangat penting untuk menjalin kerja sama, mencari mitra yang saling komplemen.
Ternyata, kata dia, banyak organisasi yang tertarik untuk ikut berkontribusi memberikan input berupa beasiswa untuk mahasiswa, karena mereka ingin mencari talenta atau ide-ide segar dari kalangan muda saat ini.
"Dengan begitu, Merawat Jagat, Membangun Peradaban Dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi akan digapai dengan mudah, sesuai dengan tema Rakernas kali ini," katanya.*
Baca juga: NU dirikan universitas di Kubu Raya
Pewarta: Juraidi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023
Tags: