Rupiah tergelincir di tengah pasar khawatir kenaikan suku bunga AS
8 Maret 2023 15:27 WIB
Ilustrasi - Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc/pri. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir perdagangan Rabu tergelincir di tengah pasar yang khawatir akan kenaikan suku bunga acuan AS atau Fed Funds Rate yang lebih agresif.
Rupiah pada Rabu ditutup turun 71 poin atau 0,46 persen ke posisi Rp15.438 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.367 per dolar AS.
"Tekanan rupiah mungkin masih akan besar, dengan kecenderungan dolar AS yang masih dalam tren penguatan karena spekulasi akan kenaikan Fed Funds Rate (FFR) lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya," kata ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Rully menuturkan dengan inflasi Amerika Serikat (AS) yang masih sulit turun hingga ke level targetnya, maka pasar berspekulasi bahwa FFR masih harus dinaikkan.
Meski sudah turun, inflasi AS masih tergolong sangat tinggi, dengan headline Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) masih di 6,4 persen secara tahunan (year on year/yoy) per Januari 2023, jauh di atas target yaitu dua persen yoy.
Saat ini pasar berspekulasi FFR akan mencapai puncaknya atau terminal rate di 5,5 persen. Selain itu, pasar juga masih menunggu rilis data ketenagakerjaan AS pada Jumat.
Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed Jerome Powell, yang akan memberikan kesaksian lagi pada Rabu di depan Komite Jasa Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat, juga menambahkan bahwa Fed tidak akan mempertimbangkan untuk mengubah target inflasi dua persen dan pasar kerja tidak menunjukkan bahwa penurunan ekonomi sudah dekat.
Data yang mempengaruhi jalur kenaikan suku bunga Fed akan mencakup penambahan gaji nonpertanian pada Jumat (10/3/2023) yang diawasi ketat untuk Februari. Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan kenaikan 200.000 pekerjaan dibandingkan dengan 517.000 pekerjaan yang jauh lebih kuat dari perkiraan yang dilaporkan pada Januari.
Sementara dari dalam negeri, masih belum banyak sentimen. Data ekonomi domestik secara umum masih cukup baik, dengan data terakhir yang diumumkan yaitu cadangan devisa mengalami kenaikan menjadi 140,3 miliar dolar AS pada Februari 2023. Namun, sentimen global masih akan mendominasi, sehingga rupiah berpotensi melemah.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp15.416 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.416 per dolar AS hingga Rp15.466 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu merosot ke posisi Rp15.451 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp15.359 per dolar AS.
Baca juga: Saham Asia jatuh, dolar menguat setelah komentar Powell yang "hawkish"
Baca juga: Minyak stabil di Asia, penurunan stok AS imbangi khawatir bunga naik
Baca juga: Emas anjlok tertekan ekspektasi kenaikan suku bunga Fed yang agresif
Rupiah pada Rabu ditutup turun 71 poin atau 0,46 persen ke posisi Rp15.438 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.367 per dolar AS.
"Tekanan rupiah mungkin masih akan besar, dengan kecenderungan dolar AS yang masih dalam tren penguatan karena spekulasi akan kenaikan Fed Funds Rate (FFR) lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya," kata ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Rully menuturkan dengan inflasi Amerika Serikat (AS) yang masih sulit turun hingga ke level targetnya, maka pasar berspekulasi bahwa FFR masih harus dinaikkan.
Meski sudah turun, inflasi AS masih tergolong sangat tinggi, dengan headline Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) masih di 6,4 persen secara tahunan (year on year/yoy) per Januari 2023, jauh di atas target yaitu dua persen yoy.
Saat ini pasar berspekulasi FFR akan mencapai puncaknya atau terminal rate di 5,5 persen. Selain itu, pasar juga masih menunggu rilis data ketenagakerjaan AS pada Jumat.
Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed Jerome Powell, yang akan memberikan kesaksian lagi pada Rabu di depan Komite Jasa Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat, juga menambahkan bahwa Fed tidak akan mempertimbangkan untuk mengubah target inflasi dua persen dan pasar kerja tidak menunjukkan bahwa penurunan ekonomi sudah dekat.
Data yang mempengaruhi jalur kenaikan suku bunga Fed akan mencakup penambahan gaji nonpertanian pada Jumat (10/3/2023) yang diawasi ketat untuk Februari. Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan kenaikan 200.000 pekerjaan dibandingkan dengan 517.000 pekerjaan yang jauh lebih kuat dari perkiraan yang dilaporkan pada Januari.
Sementara dari dalam negeri, masih belum banyak sentimen. Data ekonomi domestik secara umum masih cukup baik, dengan data terakhir yang diumumkan yaitu cadangan devisa mengalami kenaikan menjadi 140,3 miliar dolar AS pada Februari 2023. Namun, sentimen global masih akan mendominasi, sehingga rupiah berpotensi melemah.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp15.416 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.416 per dolar AS hingga Rp15.466 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu merosot ke posisi Rp15.451 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp15.359 per dolar AS.
Baca juga: Saham Asia jatuh, dolar menguat setelah komentar Powell yang "hawkish"
Baca juga: Minyak stabil di Asia, penurunan stok AS imbangi khawatir bunga naik
Baca juga: Emas anjlok tertekan ekspektasi kenaikan suku bunga Fed yang agresif
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023
Tags: